Label

Kamis, 03 Mei 2012



Pendahuluan

Anjing merupakan hewan kesayangan yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Banyak diantara anjing-anjing kesayangan tersebut mengalami gangguan penyakit. Diantara penyakit-penyakit tersebut ada yang dapat diobati dengan metode pengobatan antara lain; tumor, gangrene, torsio dan berbagai penyakit lainya. Salah satu organ yang sering mengalami gangguan adalah limpa. Gangguan pada limpa dapat berupa torsio limpa, tumor, infark, trauma, gangguan pertumbuhan dan berbagai gangguan-gangguan lainnya.
Limpa merupakan organ limpoid terbesar dalam tubuh yang termasuk Retikulo Endothelial System (RES).  Limpa terletak pada sisi kiri abdomen sejajar dengan curvatura mayor lambung. Ketika lambung berkontraksi limpa akan terdesak ke bagian caudal abdomen. Kapsul limpa terdiri dari serat otot lunak dan elastis, parenkimnya bewarna merah dan putih. Susunan pembulu darah pada limpa terdiri dari sinusoid-sinusoid, suplai darah terbesar terutama berasal dari arteri  dan vena splenic yang memasuki limpa pada beberapa tempat sepanjang hilus dan kemudian memasuki trabekulae. Arteri splenic merupakan cabang dari artericeliak yang  memiliki 3 – 5 cabang dengan diameter 2 mm yang menyuplai darah ke omentum dan limpa.
Splenektomi adalah pengangkatan limpa secara keseluruhan atau pengangkatan sebagian limpa akibat dari suatu gangguan yang tidak dapat lagi diatasi dengan metode pengobatan. Biasanya gangguan pada limpa terlihat pada saat bedah laparotomi lain dilaksanakan, gangguan pada limpa berupa splenomegali, perputaran limpa, kematian jaringan pada limpa dan gangguan pertumbuhan.

Tinjauan Kepustakaan

Limpa
            Limpa merupakan organ limpoid terbesar dalam tubuh yang termasuk Retikulo Endothelial System (RES). Limpa diselubungi oleh jaringan fibro elastis dan otot licin (Ressang, 1984). Limpa mengandung sel RES yang merupakan faktor yang penting dalam sistem pertahanan tubuh. Adanya benda asing dalam limpa menimbulkan proses reaktif yang secara makroskopik terlihat sebagai bengkak limpa. Hal ini sering terjadi pada penyakit menular yang bersifat akut atau kronis. Perubahan lain pada limpa yaitu tumor, abses dan kelainan hematologis (Schrock, 1988). Limpa merupakan organ limpoid sekunder yang sangat berperan penting pada awal kehidupan fetus. Sel mesenkim dari limpa fetus memproduksikan sel darah merah. Disamping itu limpa berperan penting dalam proses eritropoisis pada fetus, tapi biasanya bukan merupakan fungsi limpa pada anjing dewasa. Pada beberapa kasus anemia sel mesenkim sinusoidal sanggup memproduksi sel darah merah (Archibald, 1974).
            Limpa berperan sebagai tempat penyimpanan darah oleh karenanya ukuran limpa bervariasi tergantung dari jumlah darah yang ada didalamnya (Jungueiera, 1998). Limpa bersama sum-sum tulang berfungsi membentuk eritrosit, leukosit dan limfosit. Selain itu limpa bersama sum-sum tulang dan sel RES berfungsi menghancurkan eritrosit tua, memfagosit mikroorganisme yang masuk bersama darah dan berperan dalam metabolisme nitrogen yang berhubungan dengan pembentukan asam kemih (Ressang, 1984). Sekitar 10% sel darah dihasilkan oleh sum-sum tulang dalam bentuk abnormal dan limpa membuang sel darah merah yang abnormal tersebut dari sistim sirkulasi darah (Archibald, 1974).
            Limpa terletak pada sisi kiri abdomen sejajar dengan kurvatura mayor lambung dan digantung oleh ligamentum gastrosplenicum (Archibald, 1974). Susunan pembulu darah limpa terdiri dari sinusoid- sinusoid, suplai darah terbesar terutama berasal dari arteri dan vena splenic yang bercabang-cabang memasuki limpa pada beberapa tempat sepanjang hilus dan kemudian memasuki trabekulae (Frandson, 1992).
            Splenektomi merupakan tindakan operasi pengangkatan sebagian atau pemotongan limpa yang bertujuan memulihkan pasien pada keadaan normal dari gangguan penyakit yang tidak dapat diatasi dengan metode pengobatan. Adapun beberapa indikasi splenektomi adalah torsio limpa, tumor, infark, trauma dan gangguan pertumbuhan. Apabila limpa seekor hewan diangkat atau dipotong maka ini tidak akan mengakibatkan gangguan pada hewan tersebut. Kelenjar limfe dan sum-sum tulang belakang akan menggantikan fungsi dari limpa, sehingga hewan tersebut masih bisa bertahan hidup (Ressang, 1984).

Anestesi
            Anestesi menurut kata adalah hilangnya rasa sakit. Dalam perkembangan kemudian, hilangnya rasa sakit saja disebut anestesi lokal sedangkan anestesi umum adalah hilangnya rasa sakit disertai hilangnya kesadaran. Pemilihan obat anestesi umum harus didasarkan atas beberapa pertimbangan, yaitu jenis operasi, lamanya operasi, temperamen hewan, fisiologis hewan dan spesies hewan (Ibrahim, 2000). Pada pelaksanaan pembedahan obat anestesi umum  yang lebih  sering dipakai  dalam  bentuk  kombinasi  dari  pada tunggal, karena pemberian  secara  tunggal  relatif   tidak diperoleh hasil yang memuaskan (Ko dkk., 2007).
Kombinasi ketamin-xylazin ini merupakan kombinasi obat anestesi yang sinergis dan kombinasi ini dapat meningkatkan kerja masing-masing obat dimana xylazin memberikan efek relaksasi otot yang baik, sedangkan ketamin memberikan efek analgesik yang kuat (Brown dkk., 1991; Bishop, 1996; Trimastuti, 2001). Ibrahim (2000) menyatakan untuk operasi-operasi daerah tertentu seperti perut, maka selain hilangnya rasa sakit juga dibutuhkan relaksasi otot yang optimal, agar operasi berlangsung lancar. Obat anestesi umum yang ideal adalah murah, mudah didapat, tidak mudah terbakar, stabil pada suhu kamar, cepat dieliminasi dan tanpa efek yang tidak diinginkan (Ganiswarna, 1995).
            Pemberian obat anestesi secara intravena tidak mengalami tahap absorpsi, maka kadar obat dalam darah diperoleh secara cepat, tepat dan dapat disesuaikan langsung dengan respon pasien. Disamping itu obat yang diberikan intravena tidak dapat ditarik kembali. Obat anestesi umum juga dapat diberikan secara intramuskular, namun kelarutan obat dalam air menentukan kecepatan dan kelengkapan absorbsi, obat yang larut dalam air lebih cepat diserap dibandingkan obat yang larut dalam lemak (Ganiswarna, 1995).
  
Persiapan Operasi

Tempat, Alat dan Bahan
Pembedahan dilakuakan di Laboratorium Klinik FKH UNSYIAH. Sebelum operasi dilaksanakan ruangan dan tempat operasi dibersihkan. Alat-alat  operasi yang digunakan berupa satu set mayor surgery, sebelum digunakan alat-alat tersebut dibersihkan kemudian disterilkan  dengan autoclaving dengan suhu 121°C selama 30 menit. (Anonimous, 2004). Bahan yang diperlukan berupa alkohol 70 %, iodine 3 %, benang silk, catgut, SWAT, wounder dust preparat antibiotic, vitamin B-plex  dan atropine sulfat dengan dosis 0.04 mg/kg BB yang diberikan secara sub kutan yang berfungsi sebagai premedikasi. Ketamin HCL 10% dengan dosis 10 mg/kg BB dan Xylazin HCL 10 % dengan dosis 2 mg/kg BB dikombinasikan dalam satu spuit yang berfungsi sebagai anestetika umum yang diberikan secara intramuscular (Erwin, 2006). Selama berlangsung stadium anestesi, anestesiolog memonitor frekuensi denyut jantung dan pernafasan setiap 5 menit (Tilley dan Smith, 2000).

 Persiapan Pasien
            Sebelum diberikan anestetika umum, pasien yang telah diperiksa keadaan fisik dan keadaan darah rutin dipuasakan selama 8-12 jam. Hewan dimandikan dan dilakukan pencukuran bulu pada daerah operasi. Berat badan pasien ditimbang untuk menentukan dosis obat yang digunakan.

Teknik Operasi
Pasien yang telah teranestesi diletakkan pada posisi dorsal recumbency pada meja operasi, daerah operasi didesinfeksi dengan iodium tincture 3 % secara sirkuler. Pemasangan kain drapping pada daerah operasi kecuali daerah yang dilalui pisau operasi. Incisi pertama dilakukan pada kulit sepanjang 4-6 cm pada bagian atas umbilicalis, preparer antara kulit dan fascia untuk mendapatkan linea alba. Kemudian incisi kedua pada muskulus dan peritoneum.
Setelah rongga peritoneum terbuka, cari limpa pada daerah kiri lambung dan dikeluarkan dari rongga abdomen, kemudian letakkan limpa diatas drapping. Perhatikan bagian limpa yang akan dibuang dan lakukan ligasi pada pembulu darah yang menuju bagian limpa yang akan dibuang, kemudian baru injeksikan adrenalin. Pada bagian yang akan dipotong kapsulanya ditekan-tekan menggunakan telunjuk dan ibu jari, pasang doyen clamp melintang pada daerah yang ditekan, kemudian pasang lagi 2 doyen clamp dikiri dan kanan doyen clamp pertama. Doyen clamp ditengah dibuka, kemudian lakukan pemotongan limpa dari ujung distal doyen clamp. Jahit kapsulanya dengan benang catgut chromic. Doyen clamp yang terpasang dilepaskan, bersihkan darah dengan tampon dan masukkan limpa kembali kerongga abdomen. Lakukan penjahitan peritoneum dengan benang cotton (simple interrupted) dan muskulus dengan fascia dengan benang plain catgut (simple continous). Kulit dijahit dengan benang cotton dengan pola jahitan simple interrupted (Hickman dan Walker, 1980). Bersihkan daerah operasi dan berikan iodium tincture 3 % dan injeksikan penicillin oil kedalam luka tersebut. 

Diskusi

Pada tanggal 10 Januari 2008 telah dilakukan pembedahan pada seekor anjing milik Tn. Erwin dengan nama Cencen. Anjing tersebut berjenis kelamin betina berumur 6 bulan. berdasarkan hasil pemeriksaan klinis anjing tersebut menunjukkan gangguan pada limpa. Setelah dilakukan X-ray terlihat limpa membengkak, kami mengambil keputusan anjing tersebut harus menjalani pembedahan. Sebelum pembedahan dilaksanakan pasien dilakukan pemeriksaan rutin darah yang meliputi jumlah eritrosit, leukosit, hemoglobin dan hematokrit.
Untuk menghidari terjadinya muntah yang merupakan salah satu efek dari obat anestesi, sebelum obat anestesi diberikan terlebih dahulu diberikan obat premedikasi. Anjing dipuasakan 8-12 jam dan dimandikan sebelum diberikan anestesi umum. Anestesi umum yang digunakan adalah kombinasi ketamin-xylazin yang diberikan secara intravena. Tujuan pemberian obat anestesi secara intravena yaitu untuk menghemat dosis obat yang akan digunakan, karena pada pemberian intravena obat tidak lagi mengalami tahap absorbsi dan langsung didistribusikan keseluruh tubuh (Ganiswarna, 1995).
Setelah hewan teranestesi dilakukan pencukuran bulu pada daerah operasi yaitu sepanjang 4-6 cm dari atas umbilicalis. Lakukan disinfeksi daerah operasi dengan iodium tincture secara sirkuler, agar mikroorganisme yang berada ditempat operasi terseret ke tepid an tidak tertumpuk pada daerah operasi. Lakukan pemasangan kain draping pada daerah operasi, kecuali daerah yang dilalui pisau operasi. Incisi pertama dilakukan pada kulit, kulit dipreparir dengan gunting bengkok dan akan terlihat linea alba. Incisi kedua dilakukan pada muskulus tepat pada garis median, setelah muskulus diincisi dengan hati-hati lakukan incisi pada peritoneum. Setelah rongga peritoneum terbuka cari limpa pada daerah kiri bawah dari gastrium tepat pada curvatura mayor, kemudian limpa dikeluarkan dan amati bagian limpa yang mengalami gangguan atau keseluruhan limpa yang mengalami gangguan. Jika hanya sebagian limpa yang mengalami gangguan, maka cukup bagian tersebut yang dibuang, namun jika seluruh limpa yang terganggu, maka keseluruhan limpa yang harus dibuang. Pada pasien yang dilakukan pembedahan hanya sebagian limpa yang mengalami gangguan, jadi hanya ¼  dari limpa yang dibuang.
Pembulu darah arteri yang menuju bagian limpa yang akan dibuang tersebut diligasi, kemudian injeksikan adrenalin yang berfungsi untuk mengeluarkan darah pada limpa. Adrenalin bekerja pada pembulu darah dan limpa dimana menyebabkan vasokonstriksi  pada pada pembulu darah dan konstriksi limpa sehingga darah akan keluar dari limpa melalui pembulu vena. Perbatasan limpa yang akan dibuang ditekan dengan jari baru dilakukan pemasangan doyen clamp pertama, doyen clamp kedua dan ketiga dipasang disamping kiri dan kanan doyen clamp pertama. Doyen clamp pertama dibuka dan dilakukan incisi pada bagian tengah yang dimulai dari ujung distal doyen clamp. Buang bagian limpa tersebut dan lakukan penjahitan pada limpa dengan benang catgut cromic dengan pola simple continous, darah pada limpa dibersihkan dengan tampon baru kemudian limpa dimasukkan kembali ke rongga abdomen. Penstrep sebanyak 1 ml diinjeksikan ke dalam rongga peritoneum untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang kemungkinan terkontaminasi pada saat pembedahan. Peritoneum dijahit dengan benang cotton yang telah disterilkan dengan pola jahitan simple interupted. Muskulus dan fascia dijahit dengan benang plain catgut dengan pola jahitan simple continous dan kulit dijahit dengan benang cotton dengan pola jahitan simple interrupted. Adapun tujuan peritoneum dijahit dengan benang cotton yaitu untuk mencegah terbukanya petitoneum, karena jika peritoneum dijahit dengan benang catgut maka dikhawatirkan luka belum sembuh, tapi benang sudah diserap dan isi rongga abdomen akan terkulai keluar. Setelah daerah operasi selesai dijahit, daerah operasi  dibersihkan dan kemudian dilakukan injeksik penicillin oil diantara luka operasi dan ditaburkan SWAT dan Wounder dust.
Perawatan pasca operasi, hewan ditempatkan pada lingkungan/kandang  yang bersih, diamati terus selama 7 hari berturut-turut, begitu juga dengan pemberian obat juga dilakukan selama 7 hari. Adapun obat-obat yang diberikan sebagai berikut;

R/        Amoxan                                  70 mg
            Ponstan                                   70 mg
            Dexamethasone                       0.25 mg
            B-plex                                     ½ tab
            m.f.pulv.dtd da in caps           No. XV
S3 dd 1 Caps



                                                            Paraf

R/        Bioplacenton Salp                   1 Tube
            Sue
                                                            Paraf

Pertautan tepi luka sebenarnya langsung terjadi sebagai respon untuk mengembalikan tubuh pada keadaaan normal, dimana terjadi regenerasi jaringan yang telah mengalami kerusakan (Darma, 1997). Pada hari ke 6  sampai  hari ke-7, luka mulai mengering. Luka operasi   ditangani  secara   tepat   akan   menyatu  dengan  sempurna  antara 7 - 14  hari (Walker, 1980).
Reaksi jaringan yang ditujukan proses penyembuhan luka yang meliputi kemerahan, kebengkakan dan cairan radang seperti yang dijelaskan diatas sangat dipengaruhi oleh jenis luka, infeksi bakteri patogen, pola jahitan dan tentu saja nutrisi esensial yang diperlukan untuk sintesis mekanisme radang dan kekeringan luka.
           
Kesimpulan

            Splenektomi dapat dilakukan jika dengan metode pengobatan tidak dapat memulihkan pasien dari berbagai penyakit yang menyerang organ tersebut. Jika limpa dibuang sum-sum tulang  dan kelenjar limfe akan mengambil alih fungsi limpa, sehingga hewan akan tetap hidup.

Tidak ada komentar: