Label

Tampilkan postingan dengan label MATERI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label MATERI. Tampilkan semua postingan

Rabu, 28 Maret 2012




Sapi ternak adalah hewan ternak anggota familia Bovidae dan subfamilia Bovinae. Sapi dipelihara terutama untuk dimanfaatkan susu dan dagingnya sebagai bahan pangan. Hasil sampingan, seperti kulit, jeroan, dan tanduknya juga kemudian dimanfaatkan. Di sejumlah tempat, sapi juga dipakai untuk membantu bercocok tanam, seperti menarik gerobak atau bajak.
Sapi ternak saat ini merupakan keturunan dari jenis liar yang dikena  sebagai  Auerochse  atau Urochse  (bahasa Jerman berarti "sapi kuno", nama ilmiah: Bos primigenius), yang sudah punah di Eropa sejak 1627. Sapi ternak meski banyak jenisnya tetapi umumnya digolongkan menjadi satu spesies saja. (www.wikipedia.co.id)
Banyaknya jenis sapi, baik lokal dan juga yang telah didomestikasikan menyebabkan bertambahnya semangat para peternak untuk tetap menggiatkan dan mengangkat derajat sapi dan juga selalu memperkenalkan jenis jenis sapi baik sapi perah maupun sapi pedaging kepada masyarakat luas.
Berikut ada beberapa contoh – contoh sapi :
a.       Brahman Bull merupakan variasi dari sapi Brahman. Sapi ini berasal dari India dan merupakan binatang yg dianggap suci, namun dalam perkembangannya Brahman Bull banyak dikembangkan di Amerika. Sapi Brahman Bull yang ada di Indonesia berasal dari Amerika. Secara umum Brahman Bull relatif tahan terhadap penyakit dan mempunyai variasi wana kulit yang beragam dari yang berwarna putih, coklat sampai yang kehitaman, Brahman memiliki kualitas karkas yang bagus. Bobot jantan rata-rata 800 kg sedangkan bobot betina rata-rata 550 kg.
b.      Angus merupakan sapi yang mempunyai tingkat kualitas karkas yang sangat bagus, serta mempunyai ketahanan terhadap penyakit dan merupakan keturunan dari sapi Brahman. Sapi ini masuk ke Indonesia melalui Selandia Baru. Bobot rata rata pejantan angus 900 Kg, sedangkan bobot rata rata betinanya 700 kg. Sapi ini juga mempunyai tingkat produktivitas dalam berkembang biak yang sangat bagus, dimana betinannya mempunyai kemampuan yang sangat bagus untuk berkembang biak dan menyusui anaknya
c.       Diamond Liousine Merupakan keturunan sapi Eropa yang berkembang di Perancis. Sapi jenis inilah yang merajai pasar-pasar sapi di Indonesia dan merupakan sapi primadona untuk penggemukan dengan harganya relatif mahal karena sapi ini mempunyai tingkat ADG yang tinggi.
d.      Beef master merupakan persilanagan antara sapi Brahman-Hereford-shorthorn yang dikembangkan pertama kali oleh Mr. Lasater. Kombinasi antara ketiga sapi diatas menghasilkan sapi yang superior.
e.       Shorthorn Sapi ini dikembangkan di negara Inggris. Bobot jantan rata-rata 1100 kg sedangkan bobot betina rata-rata 850 kg dengan warna merah, putih, merah dan putih. Mempunyai bentuk putting susu yang baik dan produksi susunya pun baik. Anaknya kecil , namun akan tumbuh dengan cepat besar. Kualitas dagingnya baik. Berasal dari Inggris bagian Utara, sebagai sapi perah. Di eksport ke Amerika pertama kali pada tahun 1780. Disebut juga sebagai sapi jenis DURHAM.
f.       Sapi PO (singkatan dari Peranakan Ongole), di pasaran juga sering disebut sebagai Sapi Lokal atau Sapi Jawa atau Sapi Putih. Sapi PO ini hasil persilangan antara pejantan sapi Sumba Ongole (SO) dengan sapi betina Jawa yang berwarna putih. Sapi Ongole (Bos Indicus) sebenarnya berasal dari India, termasuk tipe sapi pekerja dan pedaging yang disebarkan di Indonesia sebagai sapi Sumba Ongole (SO).
Warna bulu sapi Ongole sendiri adalah putih abu-abu dengan warna hitam di sekeliling mata, mempunyai gumba dan gelambir yang besar menggelantung, saat mencapai umur dewasa yang jantan mempunyai berat badan kurang dari 600 kg dan yang betina kurang dari 450 kg.
Bobot hidup Sapi Peranakan Ongole (PO) bervariasi mulai 220 kg hingga mencapai sekitar 600 kg. 
Saat ini Sapi PO yang murni mulai sulit ditemukan, karena telah banyak disilangkan dengan sapi Brahman. Oleh karena itu sapi PO sering diartikan sebagai sapi lokal berwarna putih (keabu-abuan), berkelasa dan gelambir. 
Sesuai dengan induk persilangannya, maka Sapi PO terkenal sebagai sapi pedaging dan sapi pekerja, mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perbedaan kondisi lingkungan, memiliki tenaga yang kuat dan aktivitas reproduksi induknya cepat kembali normal setelah beranak, jantannya memiliki kualitas semen yang baik. 
Keunggulan sapi PO ini antara lain : Tahan terhadap panas, tahan terhadap ekto dan endoparasit; Pertumbuhan relatif cepat walau pun adaptasi terhadap pakan kurang; Prosentase karkas dan kualitas daging baik.
Sapi PO ini SUDAH diternakkan di DOMPI, dan menjadi salah satu primadona utama, relatif paling banyak dicari di pasaran.
g.      Sapi Bali (Bos Sondaicus) adalah sapi asli Indonesia hasil penjinakan (domestikasi) banteng liar yang telah dilakukan sejak akhir abad ke 19 di Bali, sehingga sapi jenis ini dinamakan Sapi Bali. 
Sebagai "mantan" keturunan banteng, sapi Bali memiliki warna dan bentuk persis seperti banteng. Kaki sapi Bali jantan dan betina berwarna putih dan terdapat telau, yaitu bulu putih di bagian pantat dan bulu hitam di sepanjang punggungnya. Sapi Bali tidak berpunuk, badannya montok, dan dadanya dalam.
Sapi Bali jantan bertanduk dan berbulu warna hitam kecuali kaki dan pantat. Berat sapi Bali dewasa berkisar 350 hingga 450 kg, dan tinggi badannya 130 sampai 140 cm. Sapi Bali betina juga bertanduk dan berbulu warna merah bata kecuali bagian kaki dan pantat. Dibandingkan dengan sapi Bali jantan, sapi Bali betina relatif lebih kecil dan berat badannya sekitar 250 hingga 350 kg.
Sewaktu lahir, baik sapi Bali jantan maupun betina berwarna merah bata. Setelah dewasa, warna bulu sapi Bali jantan berubah menjadi hitam karena pengaruh hormon testosteron. Karena itu, bila sapi Bali jantan dikebiri, warna bulunya yang hitam akan berubah menjadi merah bata. 
Keunggulan sapi Bali ini antara lain : Daya tahan terhadap panas tinggi; Pertumbuhan tetap baik walau pun dengan pakan yang jelek; Prosentase karkas tinggi dan kualitas daging baik; Reproduksi dapat beranak setiap tahun.
Sapi Bali ini SUDAH diternakkan di DOMPI, dan menjadi salah satu primadona, karena digemari masyarakat.
h.      Sapi BX (Brahman Cross), adalah ternak sapi hasil domestikasi/penjinakan sapi Brahmanyang dikembangkan di Amerika dan Australia dan disilangkan dengan berbagai jenis sapi lainnya, seperti sapi Shorthorn, sapi Santa Gertrudis, Droughmaster, Hereford, Simmental, dan sapi Limousin. Hasil silangan ini kemudian disilangkan lagi dengan sapi Brahman sehingga campuran darah dalam setiap keturunan sangat bervariasi. 
Model yang diterapkan dalam pelaksanaan pengembangan sapi Brahman Cross adalah menghasilkan ternak sapi yang memiliki pertumbuhan baik dan tahan terhadap iklim tropis serta tahan terhadap penyakit/hama penyebab penyakit, kutu dan tunggau.
Oleh karena itu, sapi ini cocok dikembangkan di Indonesia yang beriklim tropis.
Warna kulit sapi ini sangat bervariasi antara lain putih abu-abu, hitam, coklat, merah, kuning, bahkan loreng seperti harimau. Pasar tradisional tertentu masih ada yang "fanatik" dengan warna kulit, sehingga dengan banyaknya variasi warna kulit sapi ini bisa memenuhi selera tiap-tiap pasar yang cenderung masih spesifik. Sapi Brahman Cross mulai diimport Indonesia (Sulawesi) dari Australia pada tahun 1973. Pada tahun 1975, sapi Brahman cross didatangkan ke pulau Sumba dengan tujuan utama untuk memperbaiki mutu genetik sapi Ongole di pulau Sumba. Importasi Brahman cross dari Australia untuk UPT perbibitan (BPTU Sumbawa) dilakukan pada tahun 2000 dan 2001 dalam rangka revitalisasi UPT. Penyebaran di Indonesia dilakukan secara besar-besaran mulai tahun 2006 dalam rangka mendukung program percepatan pencapaian swasembada daging sapi. 
Dengan pemeliharaan secara intensif yaitu dengan kandang yang sesuai dan pakan yang berkualitas serta iklim yang menunjang, sapi ini sangat bagus pertumbuhannya. Average Daily Gain (ADG) Brahman Cross berkisar antara 1,0 - 1,8 kg/hari. Bahkan dalam kondisi tertentu bisa mencapai 2 kg/hari. Dibandingkan dengan sapi lokal terutama PO (Peranakan Ongole) yang ADG nya hanya berkisar 0,4 - 0,8 kg/hari tentunya sapi ini lebih menguntungkan untuk fattening (penggemukan). 
Karkas Brahman Cross bervariasi antara 45% - 55% tergantung kondisi sapi saat timbang hidup dan performance tiap individunya. Pemeliharaan ideal untuk fattening adalah selama 60-70 hari untuk sapi betina, sedangkan untuk jantannya antara 80-90 hari, karena apabila digemukkan terlalu lama maka perkembangannya akan semakin lambat dan akan terjadi perlemakan dalam daging (marbling) yang hal ini di pasar lokal (RPH) tradisional kurang disukai oleh customer. 
Dari berbagai keunggulan tersebut di atas, dewasa ini di Indonesia terutama di wilayah Jawa Barat dan Sumatera banyak bermunculan Feedlot yang secara intensif menggemukan sapi Jenis Brahman Cross ini. Sapi jenis ini belum diternakkan di DOMPI

ISTILAH UMUM PATOLOGI

Disease (penyakit/sakit): keadaan dimana suatu individu memperlihatkan kelainan/perubahan anatomi, fisiologi atau biokimiawi. (berubahnya keadaan normal ke penampakan gejala klinis)

Lesions (jejas): perubahan struktur atau morfologis terkait dengan kejadian penyakit (gross lesions, microscopic lesions atau ultrastructural lesions)

Pathognomonic lesion: lesi spesifik dari suatu penyakit
Sehat : individu yang hidup secara harmonis dengan lingkungannya

Etiology: penyebab penyakit

Faktor predisposisi: faktor2 yang dapat mengakibatkan individu menjadi rentan terhadap suatu penyakit

Gejala klinis: perubahan2 fungsi yang dapat dilihat/dinilai secara objektif (lumpuh, salivasi, peningkatan frekwensi respirasi)


Symptoms: perubahan2 fungsional yang dapat dirasakan secara subjektif oleh penderita

Prognosis: kemungkinan kelanjutan dari suatu penyakit

Diagnosis: penentuan/penjelasan tentang penyebab penyakit

Diagnosa morfologis/diagnosa anatomis: penentuan diagnosa berdasar lokasi dan bentuk2 perubahan yang terjadi (hemorrhagic enteritis, dll.).
Diagnosa etiologi: penentuan diagnosa berdasar penyebab penyakit (dirofilariasis, dll.).
Diagnosa definitive:  penentuan diagnosa berdasar penyebab penyakit spesifik (canine distemper, dll.).
Diagnosa klinis: penentuan diagnosa berdasar gejala klinis. 

Pathogenesis: sequens perkembangan penyakit dari awal kejadian penyakit hingga kesembuhan atau kematian.

Necropsy: bedah bangkai


Autopsy: bedah mayat
Biopsy: pengambilan jaringan (sedikit dari makhluk hidup) guna pemeriksaan histopatologi.
Euthanasia: mematikan makhluk hidup secara sengaja secara manusiawi.

Somatic death: kematian seluruh tubuh – hilangnya denyut jantung, tekanan darah, pernafasan dan gelombang otak.

Necrobiosis: kematian sel normal secara normal yang terjadi pada makhluk hidup (epithelial cells of the skin, leukocytes, dll).
Necrosis: perubahan morphologis pada sel akibat daya rusak dari enzim2 pada sel yang mengalami kematian pada makhluk hidup. Pada saat sel mati, lisosom2 akan pecah dan mengeluarkan enzim2 hydolosis.
Necrotic cells adalah sel mati tetapi sel mati belum tentu necrosis.

Postmortem changes: kerusakan sel setelah terjadinya kematian individu.

Postmortem autolysis: self-digestion oleh enzyme2 yang terdapat dalam sel2 setelah terjadinya kematian.
Postmortem putrefaction: pembusukan/dekomposisi akibat enzym2 yang dihasilkan oleh bakteri2 setelah terjadinya kematian.
Rigor mortis: kaku bangkai, mulai antara 1-6 jam, diakhiri 24-48 jam.
Postmortem clotting: pembekuan darah yang terjadi setelah kematian (merah gelap/current jelly clots atau kuning/chicken fat clots).
JENIS PATHOLOGY:

General pathology: mempelajari perubahan2 dasar yang terjadi pada jaringan – atrophy, necrosis, radang

Systemic pathology: mempelajari perubahan2 yang diakibatkan oleh penyakit pada organ2 tertentu secara system. Misalnya sistem respirasi, sirkulasi, pencernaan dll

Gross pathology (macroscopic pathology, pathological anatomy,morbidanatomy): mempelajari/memeriksa penyakit dengan pemeriksaan mata biasa

Cellular pathology (microscopic pathology, histopathology): mempelajari/memeriksa penyakit dengan bantuan mikroskop

Surgical pathology: mempelajari/memeriksa organ tubuh pada saat dilakukan operasi.

Clinical pathology: mempelajari penyakit dengan cara memeriksa darah, urine, feces, kerokan kulit dll.

Immunopathology: mempelajari penyakit yang terkait dengan sistem kekebalan tubuh.


RINGKASAN ISTILAH PATOLOGI:


"Kasus" seperti yang diuraikan di bawah ini diharapkan dapat membantu mengenali istilah2 umum ditemui dalam patologi.

"Seekor anjing herder, 12-tahun, dibawa ke klinik hewan dengan riwayat depresi, selaput lendir pucat, dan sulit bernafas setelah latihan. Pemeriksaan fisik dilakukan oleh dokter jaga menyebutkan adanya eksudat di sekitar cuping hidung, peningkatan denyut nadi, dan abnormalitas suara jantung suara (gejala  klinis). Disimpulkan bahwa anjing tersebut memiliki tanda-tanda yang mengarah pada gagal jantung dan radang paru2 (diagnosa klinis) Pemilik diberitahu bahwa anjing itu kemungkinan besar akan mati walaupun diberikan perawatan secara intensif (prognosis).. Beberapa hari kemudian, pemilik membawa lagi anjing tersebut ke klinik dan pemilik menginginkan anjingnya ditidurkan (dimatikan) secara manusiawi (euthanasia), dan dilakukan bedah bangkai secara sistematis (pemeriksaan nekropsi). Pada pemeriksaan organ dan jaringan (gross examination) terlihat sekitar 40% dari seluruh bagian paru mengalami konsolidasi dan abses2 kecil terdistribusi merata di seluruh lobus (lesi). Terjadi penebalan dinding ventrikel kanan dan terdapat banyak Dirofilaria immitis didalam lumennya (etiologic agent). Berdasarkan temuan tersebut, disimpulkan bahwa anjing menderita Dirofilariasis (diagnosa etiologi) dan bronkopneumonia supuratif (diagnosis morfologi). Jaringan dikumpulkan untuk pengujian bakteriologis maupun virologis (pemeriksaan mikrobiologis) dan untuk pemeriksaan patologi (pemeriksaan histopatologi). Pada pemeriksaan mikrobiologis, berhasil diisolasi Staphylococcus aureus (etiologi agen) dari abses paru-paru. Pada pemeriksaan mikroskopis banyak ditemukan neutrofil serta necrosis pada parenkim paru-paru (lesi mikroskopik). Selain itu, banyak ditemukan badan inklusi dalam sel epitel bronkus (lesi pathognomonic) yang karakteristik untuk distemper (diagnosis definitif). Berdasarkan lesi dan temuan laboratorium inilah kemudian ahli patologi mencoba untuk merekonstruksi urutan kejadian dari titik awal penyakit sampai perkembangan terakhirnya (patogenesis).

MENENTUKAN PENYAKIT DENGAN PEMERIKSAAN BEDAH BANGKAI
Nekropsi komplit:
Nekropsi: pembedahan secara sistematis untuk melihat lesi2 (jejas)
- Pemeriksaan secara gross anatomi (makroskopis)
- Pemeriksaan secara mikroskopis
- Pengujian mikrobiologis
- Pemeriksaan toksikologis

Nekropsi:
- Harus dilakukan segera setelah hewan mati (menghindari postmortem autolysis dan pembususukan)
- Semua temuan dicatat dalam formulir nekropsi.
- Semua organ (luar dalam) diperiksa secara teliti

Sapi, kerbau dibaringkan dengan sisi kiri ada dibagian bawah.
Kuda dibaringkan dengan sisi kanan dibagian bawah
Hewan kecil diletakkan dengan punggung dibagian bawah.

Spesimen dikumpulkan untuk pemeriksaan/ pengujian histopatologi, mikrobiologi dan toksikologi.

Spesimen untuk pemeriksaan histopatologi:
- Diambil dari berbagai organ yang mengalami perubahan (ada bagian normal dan bagian berubah). Tebal tidak boleh terlalu tebal (+/- 0,5 cm).
- Dimasukkan dalam 10% neutral-buffered formalin (minimal 10x volume spesimen).
- mencegah autolysis
- menjaga kondisi sel seperti saat masih hidup
- mencegah pengerasan organ
- Suhu kamar, tidak boleh dibekukan.

Spesimen untuk pengujian mikrobiologis

- Bakteri, virus, fungi
- diambil sesegera mungkin.
- Tiap spesimen harus terpisah
- Jenis spesimen tergantung penyakit yang dicurigai
- Rutin: paru, limpa, ginjal dan ileum
- Tidak boleh terkena formalin atau pengawet lainnya.
- Disimpan dalam suhu dingin

Spesimen untuk pengujian virologis

- Sama seperti diatas, tapi dapat dibekukan.

Spesimen untuk mikologi
- Kerokan kulit, bulu dll.
- Disimpan dalam kontainer kering tertutup rapat.
- Tidak boleh lembab.

Spesimen untuk pemeriksaan rabies
- Histopatologi: otak (hypocampus, otak kecil, setengah bagian otak) dalam formalin
- Virologis: otak (hypocampus, otak kecil, setengah bagian otak) segar dingin/beku atau dalam pengawet glycerin

Spesimen untuk pemeriksaan toksikologi
- Isi lambung, urine, darah, hati, ginjal
- Kontainer masing2 organ secara terpisah
- Dibekukan

Kamis, 22 Maret 2012


pertolongan pada sapi saat partus



Proses beranak atau melahirkan bagi sapi betina merupakan bagian penting dari proses reproduksi yang dimulai dari perkawinan/inseminasi, kebuntingan dan akhirnya beranak. Tahapan-tahapan penting ini memberikan tanda-tanda khusus yang dapat diamati oleh pengelola peternakan atau para peternak sapi. Keberhasilan pemeliharaan sapi betina sangat ditentukan oleh baiknya proses reproduksi yang dilalui oleh sapi induk. Kerena sapi beranak satu kali dalam setahun/semusim maka kelahiran anak yang lancar tanpa mengalami kesulitan akan sangat menguntungkan peternak.
Untuk itu kelahiran anak dari induk yang sehat tanpa mengalami kesulitan melahirkan akan juga berpengaruh terhadap perkembangan anak yang dilahirkan, juga akan berpengaruh terhadap induk sapi tersebut dalam rangka mempersiapkan diri menghadapi tahapan-tahapan reproduksi atau kebuntingan berikutnya.
Selain dari faktor sapi, faktor peternak juga harus berperan aktif dalam membantu kelancaran reproduksi sapinya. Khusus menjelang sapi beranak, peternak harus rajin mengamati tanda-tanda sapi yang akan segera beranak terutama pada kebuntingan tua. Bagaimana tanda-tanda sapi yang akan melahirkan?, berikut panduan buat para peternak: 

a. Ambing membesar dan terdapat tonjolan-tonjolan vena di sekitarnya. Dari puting keluar kolostrum apabila dipencet. Urat-urat daging sekitar vulva tampak mengendor sehingga sebelah kanan dan kiri pangkal ekor kelihatan cekung, dan diperkirakan kelahiran akan terjadi kurang dari 24 jam. Hal ini diikuti dengan pengendoran ligementum sacropenosum tuberosum.

b. Jika saat beranak tiba, maka induk sapi menjadi gelisah dan berjalan berputar-putar, sebentar tidur, sebentar berdiri, dan kadang-kadang mengeluarkan feses sedikit-sedikit.
c. Vulva kelihatan memerah, bengkak dan keluar lendir.
Menurut Partodihardjo (1980), tanda-tanda akan datangnya suatu kelahiran pada ternak, pada umumnya hampir sama dari spesies ke spesies. Pada sapi tanda yang dapat diamati antara lain:
1. Induk sapi gelisah, edema pada vulva, lendir yang menyumbat serviks mencair, kolostrum telah menjadi cair dan mudah dipencet keluar dari puting susu.
2. Terjadi relaksasi pada bagian pelvis, terutama ligamentum sacrospinosum dan tuberosum. Relaksasi ini menyebabkan urat daging di atas pelvis mengendor. Jika diraba, urat daging di sebelah kiri dan kanan pangkal ekor terasa kendor dan lunak jika dibandingkan dengan perabaannya pada waktu kebuntingan masih berumur 6 atau 7 bulan. Bila urat daging yang menghubungkan pangkal ekor dengan tuber ischii ini telah sedemikian kendornya, maka dapat diramalkan bahwa kelahiran sudah tinggal 24-48 jam lagi.
3. Relaksasi urat daging pangkal ekor ini sekali-sekali disertai dengan kenaikan pangkal ekor (agak menjadi tegak seperti pada waktu sapi sedang birahi/estrus).
4. Vulva yang bengkak besarnya menjadi 2 sampai 4 kali daripada sebelumnya, dan jika dipegang terasa sangat lembek.
5. Perubahan lain yang sangat menonjol menjelang kelahiran adalah lendir serviks dan pembukaan serviks. Lendir serviks pada kebuntingan tua, 8 sampai 9 bulan berubah dari kental sekali menjadi agak cair. 
6. Menjelang kelahiran, lendir yang kental berwarna kuning jernih mencair seperti madu meleleh dan volumenya menjadi banyak serta sifatnya lebih cair. Jika dimasukkan jari ke dalam serviks maka teraba serviks sudah mulai terbuka. 
7. Pembukaan serviks dapat diikuti dengan cara memasukkan jari ke dalam lumennya. Jika satu jari dapat masuk maka diramalkan bahwa kelahiran masih kurang 3 hari; jika terbuka selebar 2 jari maka kelahiran diramalkan akan terjadi 1-2 hari kemudian, dan jika terbuka selebar 3 jari, kelahiran dapat berlangsung beberapa jam sampai 1 hari kemudian.
Apabila sapi sudah memperlihatkan gejala-gejala akan melahirkan maka harus dipersiapkan segala peralatan yang diperlukan terutama untuk pedet yang baru lahir. Di samping itu beberapa persiapan yang perlu dilakukan adalah:
a. Untuk induk sapi yang akan melahirkan perlu ditempatkan pada kandang beranak atau padangan yang kering dan bersih. Kegunaan kandang beranak tersebut yaitu memudahkan pergerakan induk sapi sebelum melahirkan atau ketika proses kelahiran berlangsung, karena perbaikan fetus dalam kandungan akan lebih mudah jika induk sapi dalam keadaan bergerak/berjalan. 
b. Amati perubahan tiap jam/sekali. Amati terhadap gejala partus dan siap memberikan bantuan bila diperlukan.
c. Jika induk sapi tampak sehat dan proses melahirkan (partus) akan berjalan normal maka pertolongan dari luar tidak diperlukan. Pertimbangan bahwa partus akan berjalan normal ialah mengenal tanda-tanda partus dengan baik, memperhitungkan waktu dan tahap kelahiran serta stadium-stadium perejanan. Jika waktu dan stadium maupun tahap kelahiran tidak menyimpang terlalu banyak dari kebiasaannya, maka proses partus pada umumnya akan berlangsung normal

Rabu, 21 Maret 2012

Azwar Vet Blog: INTISELFungsi inti atau nucleussebagai pusat pen...

Azwar Vet Blog:

INTISELFungsi inti atau nucleussebagai pusat pen...
: INTI SEL Fungsi inti atau nucleus sebagai pusat pengatur genetik sel eukariot. Nukleus adalah “blue print” hereditas sel yang mengatur a...


Termoregulasi adalah kemampuan yang dimiliki oleh hewan untuk mempertahankan panas tubuhnya. Berdasarkan kemampuannya untuk mempertahankan suhu tubuh, hewan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1.    Hewan Poikiloterm, yaitu hewan yang suhu tubuhnya selalu berubah seiring dengan berubahnya suhu lingkungan.
2.    Hewan Homoiterm, yaitu hewan yang suhu tubuhnya selalu konstan/tidak berubah sekalipun suhu lingkungannya sangat berubah.
Kehilangan Panas
  Suhu kulit lebih tinggi dari suhu lingkungan panas dibuang dengan cara Radiasi dan Konduksi.
  Suhu kulit lebih rendah dari suhu lingkungan panas masuk tubuh dengan cara Radiasi dan konveksi.
Mekanisme perubahan panas tubuh terjadi dengan 4 proses:
1.    Konduksi adalah perubahan panas tubuh hewan karena kontak dengan suatu benda.
2.    Konveksi adalah transfer panas akibat adanya gerakan udara atau cairan melalui permukaan tubuh.
3.    Radiasi adalah emisi dari energi elektromagnet. Radiasi dapat mentransfer panas antar obyek yang tidak kontak langsung. Sebagai contoh, radiasi sinar matahari.
4.    Evaporasi proses kehilangan panas dari permukaan cairan yang ditranformasikan dalam bentuk gas.
Termoregulasi pada Hewan
Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen dari homeostasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin (cold-blood animals) dan hewan berdarah panas (warm-blood animals). Namun, ahli-ahli Biologi lebih suka menggunakan istilah ektoterm dan endoterm yang berhubungan dengan sumber panas utama tubuh hewan. Ektoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari lingkungan (menyerap panas lingkungan). Suhu tubuh hewan ektoterm cenderung berfluktuasi, tergantung pada suhu lingkungan. Hewan dalam kelompok ini adalah anggota invertebrata, ikan, amphibia, dan reptilia. Sedangkan endoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari hasil metabolisme. Suhu tubuh hewan ini lebih konstan. Endoterm umum dijumpai pada kelompok burung (Aves), dan mamalia. Pengaruh suhu pada lingkungan, hewan dibagi menjadi dua golongan, yaitu poikiloterm dan homoiterm. Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan seperti ini juga disebut hewan berdarah dingin. Dan hewan homoiterm sering disebut hewan berdarah panas.
Pada hewan homoiterm suhunya lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga dapat mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm dapat melakukan aktifitas pada suhu lingkungan yang berbeda akibat dari kemampuan mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm mempunyai variasi temperatur normal yang dipengaruhi oleh faktor umur, faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam, faktor makanan yang dikonsumsi dan faktor jenuh pencernaan air.
Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. Contoh hewan berdarah panas adalah bangsa burung dan mamalia, hewan yang berdarah dingin adalah hewan yang suhu tubuhnya kira-kira sama dengan suhu lingkungan sekitarnya.
Suhu tubuh tergantung pada neraca keseimbangan antara panas yang diproduksi atau diabsorbsi dengan panas yang hilang. Panas yang hilang dapat berlangsung secara radiasi, konveksi, konduksi dan evaporasi. Radiasi adalah transfer energi secara elektromagnetik, tidak memerlukan medium untuk merambat dengan kecepatan cahaya. Konduksi merupakan transfer panas secara langsung antara dua materi padat yang berhubungan lansung tanpa ada transfer panas molekul. Panas menjalar dari yang suhunya tinggi kebagian yang memiliki suhu yang lebih rendah. Konveksi adalah suatu perambatan panas melalui aliran cairan atau gas. Besarnya konveksi tergantung pada luas kontak dan perbedaan suhu. Evaporasi merupakan konveksi dari zat cair menjadi uap air, besarnya laju konveksi kehilangan panas karena evaporasi. Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Sebagai contoh, pada suhu dingin, mamalia dan burung akan meningkatkan laju metabolisme dengan perubahan hormon-hormon yang terlibat di dalamnya, sehingga meningkatkan produksi panas. Pada ektoterm (misal pada lebah madu), adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara berkelompok dalam sarangnya. Hasil metabolisme lebah secara kelompok mampu menghasilkan panas di dalam sarangnya.
Beberapa adaptasi hewan untuk mengurangi kehilangan panas, misalnya adanya bulu dan rambut pada burung dan mamalia, otot, dan modifikasi sistim sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah di bagian kulit dan countercurrent heat exchange adalah salah satu cara untuk mengurangi kehilangan panas tubuh. Perilaku adalah hal yang penting dalam hubungannya dengan termoregulasi. Migrasi, relokasi, dan sembunyi ditemukan pada beberapa hewan untuk menurunkan atau menaikkan suhu tubuh. Gajah di daerah tropis untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara mandi atau mengipaskan daun telinga ke tubuh. 


Fungsi inti atau nucleus sebagai pusat pengatur genetik sel eukariot. Nukleus adalah “blue print” hereditas sel yang mengatur aktivitas sel. DNA diikat protein membentuk benang panjang yang disebut KROMATIN. Selama masa reproduksi sel, kromatin bergelung ke dalam struktur yang disebut KROMOSOM.
http://www.chem-is-try.org/wp-content/uploads/2010/09/Nukleus.pngStruktur nukleus dibungkus oleh kantung nukleus (nuclear envelope) yaitu membran lapis dua yang memiliki lubang-lubang (pore). Dari lubang-lubang tersebut material masuk dan keluar nucleus. Berdekatan dengan kromatin dalam nukleus, benang kromatin dan granula-granula disebut nucleolus. Nukleolus terdiri atas bagian kromatin DNA dan RNA dan protein. Nukleolus adalah tempat ribosom dibuat.
 
ORGANEL DALAM SISTEM ENDOMEMBRAN
Sistem endomembran menyusun sebagian besar organel sel. Organel sel eukariot terbentuk dari membran yang saling berhubungan. Secara fisik membran-membran organel berhubungan dan beberapa tidak berhubungan, tetapi secara bersama-sama mereka membentuk suatu jaringan membran yang secara biologi sama dalam membuat, menyimpan dan mengeluarkan molekul-molekul penting.

ENDOPLAMIK RETIKULUM (ER)
Fungsi: membuat membran dan protein.
Struktur: ER kasar dan ER halus.
ER kasar (rough ER):
Istilah ER kasar berasal dari gambaran di bawah mikroskop elektron yang menunjukkan gambaran kasar dari permukaan ER karena menempelnya ribosom.




ER halus (smooth ER)
Di bawah mikroskop elektron terlihat gambaran halus.
Fungsi: sintesis lemak, termasuk asam lemak, fosfolipid, dan steroid.
Masing-masing produk tersebut dibuat oleh sel-sel khusus.
Pada mamalia: ER halus dalam sel ovarium dan testis mensintesis hormon kelamin steroid. Sel-sel hati kita juga memiliki sel dengan ER halus dengan fungsi khusus lainnya, yaitu menghasilkan enzim-enzim khusus untuk proses metabolisme dan detoksifikasi.
  
APPARATUS GOLGI (BADAN GOLGI)
Fungsi: menyelesaikan, menyortir, atau memilih dan mengirimkan hasil-hasil sel.
Aparatus Golgi merupakan organel yang berfungsi untuk mengemas dan mendistribusikan protein yang disintesis oleh retikulum endoplasma. Aparatus Golgi menerima protein tersebut melalui vesikel transportasi yang berasal dari retikulum endoplasma.
Nama organel ini berasal dari biologiwan dan dokter dari Italia Camillo Golgi yang memperlihatkan hasil pengamatan organel ini pada sel hewan dan sel tanaman.

LISOSOM
Lisosom adalah organel yang termasuk dalam sistem endomembran, produk dari ER kasar dan Golgi apparatus. Nama lisosom berasal dari dua kata Latin yang berarti badan pemecahan. Lisosom terdiri atas enzim-enzim pencernaan (hidrolitik) yang dikemas dalam suatu kantung bermembran.
Lisosom menggambarkan tema pokok struktur sel eukariotik yaitu kompartemenalisasi atau perkamaran. Membran lisosom sebagai suatu kompartemen di mana enzim pencernaan disimpan dan secara aman terpisah dari bagian sitoplasma yang lain.
Lisosom memiliki beberapa tipe fungsi pencernaan. Lisosom bergabung dengan vakuola makanan sehingga makanan dapat dicerna enzim yang dimiliki lisosom menjadi molekul-molekul kecil. Molekul kecil hasilnya meninggalkan lisosom dan digunakan lagi oleh sel. Lisosom juga berfungsi menghancurkan bakteri yang membahayakan. Sel darah putih memasukkan bakteri ke dalam vakuola sel, lalu organel lisosom sel darah putih memasukkan enzimnya ke dalam vakuola untuk mencernakkan dinding sel bakteri.
Lisosom juga berfungsi penting pada perkembangan embrio. Contohnya, enzim lisosom menghancurkan sel-sel selaput yang menghubungkan antara jari-jari pada tahapan perkembangan awal manusia.
Lisosom yang abnormal menyebabkan penyakit yang fatal atau menyebabkan kematian.

VAKUOLA
Organel vakuola mempunyai bentuk, ukuran, dan fungsi yang berbeda-beda.
Fungsi vakuola berhubungan dengan fungsi lisosom.
Pada sel tanaman, vakuola pusat berfungsi sebagai tempat penyimpanan, berperan dalam pertumbuhan sel dan berfungsi sebagai lisosom besar. Pada protista, vakuola kontraktil berfungsi sebagai pengatur air.

KLOROPLAST
Fungsi: Mengubah energi matahari menjadi energi kimia. Fungsi ini sangat penting dalam kehidupan kita. Organel kloroplast dijumpai pada umumnya sel tanaman dan beberapa protista dan merupakan organel yang dibatasi oleh membran ganda.
Kloroplast terdiri atas tiga bagian utama yaitu:
F Ruangan sempit antar membran protoplast.
F Bagian dalam membran dalam yang mengandung cairan tebal disebut STROMA.
F Dan jaringan tabung dan lubang kaset yang membentuk membrane.
Kaset-kaset bertumpuk-tumpuk dan masingmasing tumpukannya disebut GRANUM, jamaknya GRANA. GRANA adalah tempat di mana klorofil menangkap energi matahari.
Ruangan di dalam membran tabung dan disket adalah bagian ketiganya. Masing-masing kloroplast memainkan peranan khusus untuk memindahkan energi matahari menjadi energi kimia.

SITOSKELETON
Sitoskeleton adalah kerangka internal sel, yang merupakan kumpulans erabut atau filamen globular, serabut protein. Sitoskeleton terdiri atas:
1. Mikrofilamen (struktur mirip “rod” yang berupa protein globular)
2. Filamen intermediate (protein serabut)
3. Mikrotubul (tabung berlubang terdiri atas protein globular)
FLAGELA DAN CILIA
Cilia (tunggalnya cilium) dan flagella (tunggalnya flagellum) adalah alat atau mesin pergerakan sel, yang muncul dari suatu sel tertentu. Cilia dalam satu sel jumlahnya biasanya banyak, ukurannya pendek.
Flagella biasanya tunggal atau sedikit jumlahnya dan ukuran biasanya panjang. Baik cilia atau flagela tersusun atas bagian tengah atau pusat mikrotubul dobel dikelilingi oleh 9 mikrotubul dobel. Oleh karena itu susunan cilia atau flagella sering disebut struktur atau pola 9±2 disebut struktur axoneme. Mikrotubul pada cilia dan flagela bertindak sebagai pendukung sekaligus alat pergerakan ketika organel cilia atau flagella bergetar. Pergerakan organel itu disebabkan karena mikrotubul penyusunnya berlekuk.

DINDING SEL
Dinding sel bersifat permeabel, berfungsi sebagai pelindung dan pemberi bentuk tubuh. Sel-sel yang mempunyai dinding sel antara lain: bakteri, cendawan, ganggang (protista), dan tumbuhan. Kelompok makhluk hidup tersebut mempunyai sel dengan bentuk yang jelas dan kaku (rigid). Pada protozoa (protista) dan hewan tidak mempunyai dinding sel, sehingga bentuk selnya kurang jelas dan fleksibel, tidak kaku. Pada bagian tertentu dari dinding sel tidak ikut mengalami penebalan dan memiliki plasmodesmata (Gambar 2.3), disebut noktah (titik).
MITOKONDRIA
Mitokondria, yang berbentuk filamen dengan lebar 0.5-1 μm dan panjang 10 μm, merupakan organel yang berfungsi mengubah energi kimiawi metabolit yang terdapat dalam sitoplasma menjadi energi yang mudah dimanfaatkan oleh sel yaitu ATP. Mitokondria memiliki membran rangkap, membran luar dan membrane dalam. Di antara kedua membran tersebut terdapat ruang antar membran. Membran dalam berlekuk-lekuk disebut krista yang berfungsi untuk memperluas bidang permukaan agar proses penyerapan oksigen dan pembentukan energi lebih efektif. Ruang antarkrista disebut matriks. Krista mengandung protein yang berfungsi pada proses transpor elektron pada pencernaan makanan. Sedangkan matriks terdiri dari campuran pekat ratusan enzim yang berbeda yang penting untuk mempersiapkan molekul nutrien untuk pengambilan akhir energi yang dapat digunakan oleh protein di krista.
Pada bagian membran dalam terdapat enzim ATP sintase yang berfungsi sebagai tempat sintesis ATP. Fungsi mitokondria ini adalah tempat respirasi aerob.

RIBOSOM
Ribosom merupakan salah satu bagian penting dalam tubuh makhluk hidup karena dapat mengendalikan cara kerja tubuh tumbuh-tumbuhan, hewan, maupun manusia. Kata ribosom didapat dari penggabungan kata yaitu ribonucleic acid dan kosakata Yunani, soma, yang artinya tubuh. Ribosom merupakan organel terkecil dalam sel yang berbentuk bulat padat dengan diameter sekitar 20 sampai 25 nm. Ribosom tersuspensi dalam sitosol atau terikat pada retikulum endoplasma kasar, atau pada membran inti sel.
Struktur Ribosom
Susunan ribosom merupakan susunan yang rumit antara RNA ribosom (rRNA) dan protein ribosom (disebut Ribonukleoprotein atau RNP). Perbandingan keduanya yaitu 65% rRNA dan 35% RNP. Pembagian ribosom berdasarkan subunit besar dan subunit kecil. Subunit kecil mengikat mRNA (messeger RNA), sedangkan yang besar mengikat tRNA (transport RNA).
Fungsi ribosom
Ribosom memiliki fungsi untuk mensintesis protein. Sel yang memiliki laju sintesis protein yang tinggi secara khusus memiliki jumlah ribosom yang sangat banyak. Misal, sel hati manusia memiliki beberapa juta ribosom. Tidak mengejutkan jika sel yang aktif dalam mensintesis protein juga memiliki nukleus yang terlihat jelas.
Pada saat sintesis protein ribosom mengelompok menjadi poliribosom (polisom). Sebagian besar protein dibuat oleh ribosom bebas akan berfungsi di dalam sitosol. Sedang ribosom terikat umumnya membuat protein yang dimasukkan ke dalam membran, untuk pembungkusan dalam organel tertentu seperti lisosom atau dikirim ke luar sel.
Proses pembentukan protein
Ada tiga tahap proses pembentukan protein, antara lain replikasi DNA, transkrpsi dan translasi.
 Replikasi DNA
Replikasi adalah pencetakan dan penggandaan DNA dengan membelah dan membentuk sel yang baru yang urutan A-C-G-T nya sama.
 Transkripsi
Transkripsi adalah proses penggandaan DNA menjadi RNA. Pada produksi awal protein, informasi pada gen digandakan satu per satu (basa per basa) dari sebuah rantai DNA menjadi rantai RNA pembawa pesan (mRNA). Pada tahap transkripsi basa timin pada DNA digantikan oleh urasil pada RNA namun keduanya sama- sama berpasangan dengan adenine. Transkripsi adalah penyalinan informasi dari gen ke dalam molekul RNA, yang dalam pelaksanaannya adalah berupa penyusunan basa-basa pada rantai RNA dengan menggunakan runtunan basa DNA gen sebagai modelnya.
 Translasi
Pada tahap ini mRNA hasil transkripsi dibaca oleh ribosom dan diproses lebih lanjut oleh ribosom. Terdapat tiga unsur yang terlibat dalam proses translasi yaitu adalah mRNA, tRNA, dan rRNA. Ribosom berperan sebagai tempat pertemuan mRNA dengan tRNA serta penterjemahan kodon serta reaksi perangkaian asam-amino. Ribosom akan membaca urutan basa RNA dan menterjemahkan (translate) menjadi urutan asam amino tertentu sesuai dengan resep yang dibawa mRNA. Di sinilah asam-asam amino itu dirakit sesuai urutan yang diresepkan gen (DNA) dan kemudian melipat membentuk struktur tiga dimensi yang fungsional.

MEMBRANA PLASMA
Permukaan sel berfungsi untuk menjalankan tugas perlindungan, dukungan fisik dan komunikasi atau hubungan dengan sel-sel lainnya. Membran plasma sel adalah bagian permukaan sel.
Untuk fungsi tersebut, banyak struktur lain selain plasma membran yang membantu menjalankan tugas-tugas di atas. Karena sebagian besar prokariot adalah organisme sel tunggal, permukaannya mereka ditutupi atau dikelilingai oleh nonseluler. Sebaliknya eukariot umumnya terdiri atas beberapa beberapa sel yang bergabung dan berfungsi sebagai organisme tunggal.
Pada tanaman dinding sel yang kaku tidak hanya melindungi sel tetapi juga membantu sebagai kerangka pendukung yang menjaga tanaman tetap tegak di atas tanah. Koordinasi antar sel dilakukan melalui struktur yang menghubungkan sel disebut sel junction.
Tipe sel junction: PLASMODESMATA (pada tanaman), tight junction, anchoring junction, communication junction (umumnya dijumpai pada embrio hewan).
Empat kategori fungsi organel pada sel eukariotik:
1.    Fungsi pembentukan yaitu fungsi pembentukan makromolekul dan mentransportnya atau membawanya dalam sel itu sendiri.
2.    Fungsi pemecahan, yaitu fungsi pembuangan dan daur ulang materi-materi dalam sel.
3.    Fungsi pemrosesan, yaitu perubahan energi dari satu bentuk ke bentuk lainnya.
4.    Fungsi penyangga, pergerakan, dan komunikasi, yaitu fungsi menjaga hubungan sel dengan lingkungan luar sel atau ekstra seluler.