Label

Kamis, 22 Maret 2012


pertolongan pada sapi saat partus



Proses beranak atau melahirkan bagi sapi betina merupakan bagian penting dari proses reproduksi yang dimulai dari perkawinan/inseminasi, kebuntingan dan akhirnya beranak. Tahapan-tahapan penting ini memberikan tanda-tanda khusus yang dapat diamati oleh pengelola peternakan atau para peternak sapi. Keberhasilan pemeliharaan sapi betina sangat ditentukan oleh baiknya proses reproduksi yang dilalui oleh sapi induk. Kerena sapi beranak satu kali dalam setahun/semusim maka kelahiran anak yang lancar tanpa mengalami kesulitan akan sangat menguntungkan peternak.
Untuk itu kelahiran anak dari induk yang sehat tanpa mengalami kesulitan melahirkan akan juga berpengaruh terhadap perkembangan anak yang dilahirkan, juga akan berpengaruh terhadap induk sapi tersebut dalam rangka mempersiapkan diri menghadapi tahapan-tahapan reproduksi atau kebuntingan berikutnya.
Selain dari faktor sapi, faktor peternak juga harus berperan aktif dalam membantu kelancaran reproduksi sapinya. Khusus menjelang sapi beranak, peternak harus rajin mengamati tanda-tanda sapi yang akan segera beranak terutama pada kebuntingan tua. Bagaimana tanda-tanda sapi yang akan melahirkan?, berikut panduan buat para peternak: 

a. Ambing membesar dan terdapat tonjolan-tonjolan vena di sekitarnya. Dari puting keluar kolostrum apabila dipencet. Urat-urat daging sekitar vulva tampak mengendor sehingga sebelah kanan dan kiri pangkal ekor kelihatan cekung, dan diperkirakan kelahiran akan terjadi kurang dari 24 jam. Hal ini diikuti dengan pengendoran ligementum sacropenosum tuberosum.

b. Jika saat beranak tiba, maka induk sapi menjadi gelisah dan berjalan berputar-putar, sebentar tidur, sebentar berdiri, dan kadang-kadang mengeluarkan feses sedikit-sedikit.
c. Vulva kelihatan memerah, bengkak dan keluar lendir.
Menurut Partodihardjo (1980), tanda-tanda akan datangnya suatu kelahiran pada ternak, pada umumnya hampir sama dari spesies ke spesies. Pada sapi tanda yang dapat diamati antara lain:
1. Induk sapi gelisah, edema pada vulva, lendir yang menyumbat serviks mencair, kolostrum telah menjadi cair dan mudah dipencet keluar dari puting susu.
2. Terjadi relaksasi pada bagian pelvis, terutama ligamentum sacrospinosum dan tuberosum. Relaksasi ini menyebabkan urat daging di atas pelvis mengendor. Jika diraba, urat daging di sebelah kiri dan kanan pangkal ekor terasa kendor dan lunak jika dibandingkan dengan perabaannya pada waktu kebuntingan masih berumur 6 atau 7 bulan. Bila urat daging yang menghubungkan pangkal ekor dengan tuber ischii ini telah sedemikian kendornya, maka dapat diramalkan bahwa kelahiran sudah tinggal 24-48 jam lagi.
3. Relaksasi urat daging pangkal ekor ini sekali-sekali disertai dengan kenaikan pangkal ekor (agak menjadi tegak seperti pada waktu sapi sedang birahi/estrus).
4. Vulva yang bengkak besarnya menjadi 2 sampai 4 kali daripada sebelumnya, dan jika dipegang terasa sangat lembek.
5. Perubahan lain yang sangat menonjol menjelang kelahiran adalah lendir serviks dan pembukaan serviks. Lendir serviks pada kebuntingan tua, 8 sampai 9 bulan berubah dari kental sekali menjadi agak cair. 
6. Menjelang kelahiran, lendir yang kental berwarna kuning jernih mencair seperti madu meleleh dan volumenya menjadi banyak serta sifatnya lebih cair. Jika dimasukkan jari ke dalam serviks maka teraba serviks sudah mulai terbuka. 
7. Pembukaan serviks dapat diikuti dengan cara memasukkan jari ke dalam lumennya. Jika satu jari dapat masuk maka diramalkan bahwa kelahiran masih kurang 3 hari; jika terbuka selebar 2 jari maka kelahiran diramalkan akan terjadi 1-2 hari kemudian, dan jika terbuka selebar 3 jari, kelahiran dapat berlangsung beberapa jam sampai 1 hari kemudian.
Apabila sapi sudah memperlihatkan gejala-gejala akan melahirkan maka harus dipersiapkan segala peralatan yang diperlukan terutama untuk pedet yang baru lahir. Di samping itu beberapa persiapan yang perlu dilakukan adalah:
a. Untuk induk sapi yang akan melahirkan perlu ditempatkan pada kandang beranak atau padangan yang kering dan bersih. Kegunaan kandang beranak tersebut yaitu memudahkan pergerakan induk sapi sebelum melahirkan atau ketika proses kelahiran berlangsung, karena perbaikan fetus dalam kandungan akan lebih mudah jika induk sapi dalam keadaan bergerak/berjalan. 
b. Amati perubahan tiap jam/sekali. Amati terhadap gejala partus dan siap memberikan bantuan bila diperlukan.
c. Jika induk sapi tampak sehat dan proses melahirkan (partus) akan berjalan normal maka pertolongan dari luar tidak diperlukan. Pertimbangan bahwa partus akan berjalan normal ialah mengenal tanda-tanda partus dengan baik, memperhitungkan waktu dan tahap kelahiran serta stadium-stadium perejanan. Jika waktu dan stadium maupun tahap kelahiran tidak menyimpang terlalu banyak dari kebiasaannya, maka proses partus pada umumnya akan berlangsung normal

Rabu, 21 Maret 2012

Azwar Vet Blog: INTISELFungsi inti atau nucleussebagai pusat pen...

Azwar Vet Blog:

INTISELFungsi inti atau nucleussebagai pusat pen...
: INTI SEL Fungsi inti atau nucleus sebagai pusat pengatur genetik sel eukariot. Nukleus adalah “blue print” hereditas sel yang mengatur a...


Satu-satunya payung hukum Kesehatan Hewan di Indonesia adalah Undang-Undang no.6 tahun 1967 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Tetapi Undang-Undang ini tidak mencabut Staatsblad 1912 no.432 tentang : Campur tangan pemerintah dalam bidang Kehewanan. Prof M Suparwi, 1946 Dekan Fakultas Kedokteran Hewan & Peternakan Universitas Gadjah Mada di Klaten, Staatsblad 1912 no.432 disebut juga sebagai Undang-Undang Veteriner.
Lahirnya UU no.6 tahun 1967.
Penyusun UU no.6/1967 adalah para Dokter Hewan lulusan Fakultas Kedokteran Hewan dan adapula yang lulus dari Fakultas Kedokteran Hewan & Peternakan. Pada Departemen Pertanian adanya Jawatan Kehewanan Pusat dan didaerah Dinas Kehewanan. Pada pra Repelita I sudah dituntut peningkatan produksi bidang Peternakan bukan hanya Kesehatan Hewan saja yang dikelola oleh para Dokter Hewan. Masih terngiang pada telinga penulis ucapan kata-kata Menteri Pertanian Mr Sutjipto: Dokter Hewan tahunya hanya katurangga kuda, cantiknya kucing maupun anjing, bukan mengetahui bagaimana meningkatkan produksi daging, telur, susu dan produk ternak lainnya. Maka oleh para Dokter Hewan disusun suatu RUU Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan menitik beratkan kepada produksi Peternakan. Kesehatan Hewan hanya menunjang kesehatan hewan produksi atau peternakan. Begitu sempitnya masalah hewan: pada pasal 1 butir a.. UU no.6 tahun 1967, hewan adalah hewan yang hidup didarat. Pembangunan peternakan sebagai fokus utama dari UU no.6/1967 dan menganak tirikan Kesehatan Hewan. Sementara itu ruang lingkup Kesehatan Hewan hanya meliputi Kesehatan Hewan ansig atau Kesejahteraan Hewan melulu tanpa mempermasalahkan keterkaitannya dengan Kebahagian dan Kesejahteraan manusia-nya. Oleh para penyususun UU no.6/1967, masih tetap memberlakukan Staatsblad 1912 no.432 didalam menanggulangi Hewan dan Penyakitnya serta keterkaitannya dengan kebahagiaan & kesejahteraan manusia.
Menanggulangi Hewan dan Penyakitnya serta keterkaitannya dengan Kebahagiaan & Kesejahteraan manusia merupakan Rancangan Undang-Undang yang diusulkan PDHI (Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia ) menjadi RUU Veteriner. Staatsblad 1912 no.432 beserta Staatsblad lainnya masih berlaku hingga saat ini di Indonesia hanya pada UU no: 16 tahun 1992…tentang Karantina telah mencabut Staatsblad 1912 no.432 dan Staatsblad lainnya dalam konteks per Karantinaan.

Makna Veteriner.
Ekosistem mahluk hidup Ciptaan Tuhan meliputi: manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan yang mengikuti hukum alam: keterikatan dan ketergantungan. Upaya Kesehatan Hewan didalam hubungan antara manusia dengan hewan yang disebut dengan Veteriner. Dibeberapa negara Undang-Undang tentang Kesehatan Hewan disebut Veterinary Act dan bukan menggunakan Animal Health Act. Dari sudut pandang arti kata: dalam kamus The Conteporary English-Indonesia oleh Drs Salim: Veterinary (di Indonesiakan: VETERINER) adalah berkenaan dengan pengobatan penyakit hewan. Sedangkan didalam kamus Medical Dictionary Blackistone: Veterinary atau veteriner berkaitan dengan pekerjaan seorang dokter hewan Veteriner adalah upaya menyehatkan hewan (Kesejahteraan Hewan) dan juga mensejahterakan serta membahagiakan manusia. Berbeda dengan pengertian Kesehatan Hewan hanya menyehatkan hewan saja.tanpa mensejahterakan/membahagiakan manusia. Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) memiliki moto: Manusyia meriga satwa sewaka berarti: Mensejahterakan dan membahagiakan manusia melalui kesehatan hewan. Moto PDHI sinkron dengan makna dari Veteriner. Dengan makna Veteriner , para penyusun Undang-Undang no.6 tahun 1967 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan ditahun 60 puluhan tidak mencabut Staatsblad 1912 no.432 . Prof M Suparwi Dekan Pertama Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan, Universitas Gadjah Mada 1946 di Klaten Staatsblad 1912 no. 432 disebut Undang-Undang Veteriner. Pada tempatnyalah: RUU Kesehatan Hewan dirubah menjadi RUU Veteriner secara tersendiri
Berbagai tantangan sehingga diperlukan RUU Veteriner.
* Mengatasi penyakit busung lapar atau gizi buruk bagi balita , diberbagai daerah mulai bermunculan yang disebabkan oleh kekekurangan kalori dan protein (PCM).
Penyakit busung lapar disebabkan : ketidak mampuan dan ketidak tahuan. Pengalaman penulis ber-KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Kabupaten Gunung Kidul yang tertimpa busung lapar ditahun 50 puluhan . Upaya Kesehatan Hewan mengobati dan mencegah penyakit hewan milik petani juga diberikan manfaat dari mengkonsumsi unggas atau meminum susu kambing atau kerbau milik sendiri. Dimasa Orde Baru Bupati Gunung Kidul seorang Dokter Hewan menyatakan: Gunung Kidul sumber ayam buras dan kambing kacang untuk Daerah Istimewa Yogyakarta. Hingga saat ini belum pernah diberitakan busung lapar di Kabupaten Gunung Kidul.
* Kesehatan Reproduksi Hewan., menghasilkan bibit hewan yang baik untuk meningkatkan produksi, menyehatkan hewan konservasi, mempertahankan plasma nuftah dalam menghadapi kemusnahan berbagai jenis hewan yang dilindungi. Tehnik Kesehatan Reproduksi pada hewan hanya dapat dilaksanakan oleh mereka yang memiliki kewenangan medis veteriner. Ahli reproduksi pada UU no.6/1967 tidak memiliki kewenangan medis meng-aplikasikan tehnik reproduksi pada hewan. Aplikasi tehnologi artificial insination pada hewan misalnya pada ikan, unggas, sapi, babi da lain-lain hanya dapat dilaksanakan pada mereka yang memiliki kewenangan medis veteriner atau bagi mereka yang telah memiliki limpahan kewenangan medis veteriner. Sehingga diperlukan adanya Undang-Undang Veteriner didalam mengahadapi tantangan Kesehatan Reproduksi Hewan.
* Pencegahan Penyakit Hewan Menular. berbagai penyakit hewan menular mewabah di Indonesia seharusnya memiliki payung hukum baik didalam pengobatan, pencegahan maupun mempertahankan Indonesia tetap bebas dari penyakit hewan menular. Indonesia adalah negara bebas penyakit Mulut dan Kuku (PMK) sejak tahun 1991 sesudah 100 tahun dari saat pertama sekali munculnya PMK di Malang pada tahun 1891. Indonesia juga bebas penyakit Sapi-gila, impor MBM (meat and bone meal) ilegal dari Spanyol yang diduga mengandung prion penyakit Sapi-gila tidak memiliki payung hukum didalam me-reekspor didalam rangka pencegahan penyakit Sapi-gila. Diperlukan UU Veteriner yang dapat memayungi : pengobatan, pencegahan dan mempertahankan tetap bebas dari suatu penyakit menular pada hewaan.
* Menghadapi ancaman berbagai Penyakit Zoonosis; berbagai penyakit zoonosis yang bermunculan secara global ada juga dijumpai di Indonesia seperti penyakit
HIV/AIDS, SARS, virus Nipah atau Batuk 1 km, penyakit Anthraks, Flu-burung dan sebagainya. Menurut OIE (Badan Kesehatan Hewan Dunia) penyakit zoonosis yang akan dapat mengancam dunia secara global. Penyakit zoonosis adalah penyakit hewan yang dapat dipindahkan kemanusia yang memiliki batas penularan serta juga memerlukan waktu untuk menjadi zoonosis. Misalnya penyakit Flu-burung memerlukan 119 tahun baru menjadi zoonosis sedang di Indonesia hanya memerlukan waktu 23 bulan. Disebabkan adanya penularan dari hewan kemanusia, dijumpai adanya batas penularan demikianpun adanya kewenangan medis. Pada HIV/AIDS batas penularan antar manusia walaupun pada mulanya berasal dari hewan yaitu gorila. Sumber penularan pada mulanya dari gorila, tatkala telah terjadi penularan antar manusia maka kewenangan medis veteriner diabaikan serta kewenangan medis pada manusia sebagai pokok utama diadalam penanggulangan. Penularan penyakit Flu-burung batas penularan dari hewan ke-manusia dan belum dijumpai penularan antar manusia tetapi kewenangan medis pada manusia sebagai garis depan dengan mengesampingkan kewenangan medis veteriner. Pada kenyataannya virus H5N1 dari penyakit Flu-burung hidup diunggas ditularkan antar unggas serta dapat ditularkan ke manusia tetapi belum ditularkan antar manusia. Sehingga diperlukan suatu Undang-Undang Veteriner didalam menanggulangi penyakit Zoonosis secara internal untuk menanggulangi dampak global..
* Kesehatan Masyarakat Veteriner, dalam rangka ketahanan pangan memperluas jaringan proses produk pangan hewani. Didalam kaitan dengan keamanan pangan tentang toksis kimia dan fisik seperti formalin, logam-logam berat seperti penyakit disebabkan pangan hewani yang mengandung Pb, Hg As dan lain-lain , obat-obatan hewan seperti kloramfenikol dalam udang sehingga Uni Eropa melarang ekspor udang Indonesia dalam pangan hewani dan sebagainya , zasad renik berupa prion, virus, bakteri dan parasit didalam pangan hewani. Baik untuk ketahanan pangan maupun keamanan pangan hewani memerlukan adanya rambu-rambu yang diatur didalam Undang-Undang Veteriner.
* Otoritas Veteriner dan Pelayanan Kesehatan Hewan, pada dunia medis dikenal adanya kewenangan medis atau yang disebut dengan medical authority. Medical authority hanya dimiliki oleh mereka yang berprofesi dokter atau dokter hewan. Kewenangan medis pada dunia kedokteran hewan disebut Veterinary Medical Authority atau Kewenangan Medis Veteriner yang dimiliki oleh Dokter Hewan. Kewenangan Medis Veteriner meliputi: anamnese, diagnosis, therapi dan prognosis dari penyakit hewan. Dalam Staatsblad 1912 no.432 disebut: Discundige atau di Indonesiakan: Ahli yang memiliki kewenangan. Sebagai contoh untuk meng-ekspor udang: health certificate atau Surat Kesehatan Hewan , pertama sekali harus diperiksa mereka yang memiliki Kewenangan Medis Veteriner dan Surat Keterangan Kesehatan Hewan ditanda tangani oleh mereka yang memiliki Otoritas Veteriner. Otoritas Veteriner dan Pelayanan Kesehatan Hewan memerlukan Undang-Undang Vetriner sebagai payung hukum.
* Mencegah agen bioterorisma, berbagai senjata biologis yang dipergunakan sebagai senjata bioterorisme sebagian terbesar bersumber dari penyakit hewan yang ditularkan kemanusia yang juga dijumpai di Indonesia. Seperti Bacilus anthraxis yang menyebabkan penyakit antraks baik pada hewan maupun pada manusia, Toxin dari Bacillus botulismus yang disebut Botox dipergunakan sebagai obat kosmmetik pada manusia, virus Flu-burung dan berbagai penyebab penyakit zoonosis lainnya . Dengan mudah diperoleh / diperbuat dan dipergunakan di Indonesia sehingga diperlukan rambu-rambu pembuatan dan penggunaan berupa Undang-Undang Veteriner.
* Pengawasan Organisme dan Produk Hasil Rekayasa Genetika, berbagai jenis hewan yang telah dihasilkan dengan rekayasa genetika misalnya doc (ayam umur satu hari) , ikan yang lebih tahan terhadap pembusukan, hormon yang dihasilkan dengan rekayasa genetika yang dapat meningkatkan produksi susu atau daging, untuk pengobatan misalnya obat insulin bagi amnusia dihasilkan dari hasil rekayasa genetika gen pankreas babi dengan Bakteria coli, gene terapi pada manusia, xenotransplantation atau transplantasi organ hewan yang dihasilkan melalui rekayasa genetika sehingga menyerupai organ manusia misalnya katub jantung babi, menghasilkan vaksin rekombinan sebagai hasil rekayasa genetika dan lain-lain.
Sehingga diperlukan rambu-rambu Undang-Undang Veteriner menghasilkan Organisme dan Produk Hasil Rekayasa Genetika didalam kaitan dampak kesehatan, ekonomi, lingkungan dan sosial.
Berbagai Undang-Undang yang masih berlaku di Indonesia dapat dipergunakan sebagai Penyangga RUU Veteriner.
1.Kecukupan, Peningkatan Produksi dan Keamanan Pangan Hewani, Ruang Lingkup dari RUU Veteriner dijumpai pada:
1.1. Undang-Undang no.7 tahun 1996, tentang Pangan.
1.2. Undang-Undang no.6 tahun 1967 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.
1.3. Undang-Undang no.31 tahun 2004 tentang Perikanan.
1.4. Undang-Undang no.23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
2. Menyehatkan Hewan
2.1. Undang-Undang Kehutanan no. 41 tahun 1999 yang telah dirubah
menjadi UU no.1 tahun 2004 .
2.2. Undang-Undang Konservasi Alam no.5 tahun 1990.
2.3. Undang-Undang Perikanan no.31 tahun 2004.
2.4.Undang-Undang no.6 tahun 1967 tentang Peternakan dan Kesehatan
Hewan.
2.5. Staatblads 1912 no.432 tentang Campur tangan Pemerintah
terhadap bidang Kehewanan.
2.6. Undang-Undang Kesehatan no.32 tahun 1992.
2.7. Undang-Undang no.4 tahun 1984 tentang Penyakit Menular
2.8. Undang-Undang no. 16 tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan
Tumbuh-tumbuhan.
3.Kesehatan Hewan Konservasi, Satwa Liar dan Hewan Laboratorium.
3.1. Undang-undang Koservasi Alam no.5 tahun 1990.
3.2 . Undang-undang no.23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
4.. Lembaga Otoritas Veteriner dan Pelayanan Kesehatan Veteriner
4..1. Staatblads 1912 no.432
4..2. Undang-Undang no.32 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah.
5. Pemcegahan Bioterorisme .
Hanya dijumpai pada Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
UUno.1 tahun 2002 tentang Pembrantasan Tindak Pidana Terorisme
6. Hasil Rekayasa Genetika dan Produknya .
6.1. Undang-Undang no. 5 tahun 1994 tentang Pengesahan United Nation
on Biologic Diversity.
6.2. Undang-Undang no.3 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
6.3. Peraturan Pemerintah no. 21 tahun 2005 tentang Keamanan Hayati
Produk Rekkayasa Genetika.
RUU Veteriner sebagai perpanjangan tangan Konvensi Internasional.
1.Kesepakatan Cartagena mengenai Organisme dan Produk Rekayasa Genettika.
2. Pengawasan agen bioterorisme.
3. Kesiap Siagaan menghadapi pandemi Influenza disebabkan Flu-burung.
4. Menghadapi United Nation on Biologic Diversity
5. Menghadapi Sanitary and Phytosanitary dari WTO
6. Dan lain-lain.
Dari berbagai tantangan yag dihadapi, adanya Undang-Undang yang masih berlaku sebagai penyangga dan dipergunakan sebagai perpanjangan tangan Konvensi Internasional : Indonesia memerlukan UU Veteriner dan bukan UU Kesehatan Hewan.


Termoregulasi adalah kemampuan yang dimiliki oleh hewan untuk mempertahankan panas tubuhnya. Berdasarkan kemampuannya untuk mempertahankan suhu tubuh, hewan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1.    Hewan Poikiloterm, yaitu hewan yang suhu tubuhnya selalu berubah seiring dengan berubahnya suhu lingkungan.
2.    Hewan Homoiterm, yaitu hewan yang suhu tubuhnya selalu konstan/tidak berubah sekalipun suhu lingkungannya sangat berubah.
Kehilangan Panas
  Suhu kulit lebih tinggi dari suhu lingkungan panas dibuang dengan cara Radiasi dan Konduksi.
  Suhu kulit lebih rendah dari suhu lingkungan panas masuk tubuh dengan cara Radiasi dan konveksi.
Mekanisme perubahan panas tubuh terjadi dengan 4 proses:
1.    Konduksi adalah perubahan panas tubuh hewan karena kontak dengan suatu benda.
2.    Konveksi adalah transfer panas akibat adanya gerakan udara atau cairan melalui permukaan tubuh.
3.    Radiasi adalah emisi dari energi elektromagnet. Radiasi dapat mentransfer panas antar obyek yang tidak kontak langsung. Sebagai contoh, radiasi sinar matahari.
4.    Evaporasi proses kehilangan panas dari permukaan cairan yang ditranformasikan dalam bentuk gas.
Termoregulasi pada Hewan
Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen dari homeostasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin (cold-blood animals) dan hewan berdarah panas (warm-blood animals). Namun, ahli-ahli Biologi lebih suka menggunakan istilah ektoterm dan endoterm yang berhubungan dengan sumber panas utama tubuh hewan. Ektoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari lingkungan (menyerap panas lingkungan). Suhu tubuh hewan ektoterm cenderung berfluktuasi, tergantung pada suhu lingkungan. Hewan dalam kelompok ini adalah anggota invertebrata, ikan, amphibia, dan reptilia. Sedangkan endoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari hasil metabolisme. Suhu tubuh hewan ini lebih konstan. Endoterm umum dijumpai pada kelompok burung (Aves), dan mamalia. Pengaruh suhu pada lingkungan, hewan dibagi menjadi dua golongan, yaitu poikiloterm dan homoiterm. Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan seperti ini juga disebut hewan berdarah dingin. Dan hewan homoiterm sering disebut hewan berdarah panas.
Pada hewan homoiterm suhunya lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga dapat mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm dapat melakukan aktifitas pada suhu lingkungan yang berbeda akibat dari kemampuan mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm mempunyai variasi temperatur normal yang dipengaruhi oleh faktor umur, faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam, faktor makanan yang dikonsumsi dan faktor jenuh pencernaan air.
Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. Contoh hewan berdarah panas adalah bangsa burung dan mamalia, hewan yang berdarah dingin adalah hewan yang suhu tubuhnya kira-kira sama dengan suhu lingkungan sekitarnya.
Suhu tubuh tergantung pada neraca keseimbangan antara panas yang diproduksi atau diabsorbsi dengan panas yang hilang. Panas yang hilang dapat berlangsung secara radiasi, konveksi, konduksi dan evaporasi. Radiasi adalah transfer energi secara elektromagnetik, tidak memerlukan medium untuk merambat dengan kecepatan cahaya. Konduksi merupakan transfer panas secara langsung antara dua materi padat yang berhubungan lansung tanpa ada transfer panas molekul. Panas menjalar dari yang suhunya tinggi kebagian yang memiliki suhu yang lebih rendah. Konveksi adalah suatu perambatan panas melalui aliran cairan atau gas. Besarnya konveksi tergantung pada luas kontak dan perbedaan suhu. Evaporasi merupakan konveksi dari zat cair menjadi uap air, besarnya laju konveksi kehilangan panas karena evaporasi. Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Sebagai contoh, pada suhu dingin, mamalia dan burung akan meningkatkan laju metabolisme dengan perubahan hormon-hormon yang terlibat di dalamnya, sehingga meningkatkan produksi panas. Pada ektoterm (misal pada lebah madu), adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara berkelompok dalam sarangnya. Hasil metabolisme lebah secara kelompok mampu menghasilkan panas di dalam sarangnya.
Beberapa adaptasi hewan untuk mengurangi kehilangan panas, misalnya adanya bulu dan rambut pada burung dan mamalia, otot, dan modifikasi sistim sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah di bagian kulit dan countercurrent heat exchange adalah salah satu cara untuk mengurangi kehilangan panas tubuh. Perilaku adalah hal yang penting dalam hubungannya dengan termoregulasi. Migrasi, relokasi, dan sembunyi ditemukan pada beberapa hewan untuk menurunkan atau menaikkan suhu tubuh. Gajah di daerah tropis untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara mandi atau mengipaskan daun telinga ke tubuh. 


Fungsi inti atau nucleus sebagai pusat pengatur genetik sel eukariot. Nukleus adalah “blue print” hereditas sel yang mengatur aktivitas sel. DNA diikat protein membentuk benang panjang yang disebut KROMATIN. Selama masa reproduksi sel, kromatin bergelung ke dalam struktur yang disebut KROMOSOM.
http://www.chem-is-try.org/wp-content/uploads/2010/09/Nukleus.pngStruktur nukleus dibungkus oleh kantung nukleus (nuclear envelope) yaitu membran lapis dua yang memiliki lubang-lubang (pore). Dari lubang-lubang tersebut material masuk dan keluar nucleus. Berdekatan dengan kromatin dalam nukleus, benang kromatin dan granula-granula disebut nucleolus. Nukleolus terdiri atas bagian kromatin DNA dan RNA dan protein. Nukleolus adalah tempat ribosom dibuat.
 
ORGANEL DALAM SISTEM ENDOMEMBRAN
Sistem endomembran menyusun sebagian besar organel sel. Organel sel eukariot terbentuk dari membran yang saling berhubungan. Secara fisik membran-membran organel berhubungan dan beberapa tidak berhubungan, tetapi secara bersama-sama mereka membentuk suatu jaringan membran yang secara biologi sama dalam membuat, menyimpan dan mengeluarkan molekul-molekul penting.

ENDOPLAMIK RETIKULUM (ER)
Fungsi: membuat membran dan protein.
Struktur: ER kasar dan ER halus.
ER kasar (rough ER):
Istilah ER kasar berasal dari gambaran di bawah mikroskop elektron yang menunjukkan gambaran kasar dari permukaan ER karena menempelnya ribosom.




ER halus (smooth ER)
Di bawah mikroskop elektron terlihat gambaran halus.
Fungsi: sintesis lemak, termasuk asam lemak, fosfolipid, dan steroid.
Masing-masing produk tersebut dibuat oleh sel-sel khusus.
Pada mamalia: ER halus dalam sel ovarium dan testis mensintesis hormon kelamin steroid. Sel-sel hati kita juga memiliki sel dengan ER halus dengan fungsi khusus lainnya, yaitu menghasilkan enzim-enzim khusus untuk proses metabolisme dan detoksifikasi.
  
APPARATUS GOLGI (BADAN GOLGI)
Fungsi: menyelesaikan, menyortir, atau memilih dan mengirimkan hasil-hasil sel.
Aparatus Golgi merupakan organel yang berfungsi untuk mengemas dan mendistribusikan protein yang disintesis oleh retikulum endoplasma. Aparatus Golgi menerima protein tersebut melalui vesikel transportasi yang berasal dari retikulum endoplasma.
Nama organel ini berasal dari biologiwan dan dokter dari Italia Camillo Golgi yang memperlihatkan hasil pengamatan organel ini pada sel hewan dan sel tanaman.

LISOSOM
Lisosom adalah organel yang termasuk dalam sistem endomembran, produk dari ER kasar dan Golgi apparatus. Nama lisosom berasal dari dua kata Latin yang berarti badan pemecahan. Lisosom terdiri atas enzim-enzim pencernaan (hidrolitik) yang dikemas dalam suatu kantung bermembran.
Lisosom menggambarkan tema pokok struktur sel eukariotik yaitu kompartemenalisasi atau perkamaran. Membran lisosom sebagai suatu kompartemen di mana enzim pencernaan disimpan dan secara aman terpisah dari bagian sitoplasma yang lain.
Lisosom memiliki beberapa tipe fungsi pencernaan. Lisosom bergabung dengan vakuola makanan sehingga makanan dapat dicerna enzim yang dimiliki lisosom menjadi molekul-molekul kecil. Molekul kecil hasilnya meninggalkan lisosom dan digunakan lagi oleh sel. Lisosom juga berfungsi menghancurkan bakteri yang membahayakan. Sel darah putih memasukkan bakteri ke dalam vakuola sel, lalu organel lisosom sel darah putih memasukkan enzimnya ke dalam vakuola untuk mencernakkan dinding sel bakteri.
Lisosom juga berfungsi penting pada perkembangan embrio. Contohnya, enzim lisosom menghancurkan sel-sel selaput yang menghubungkan antara jari-jari pada tahapan perkembangan awal manusia.
Lisosom yang abnormal menyebabkan penyakit yang fatal atau menyebabkan kematian.

VAKUOLA
Organel vakuola mempunyai bentuk, ukuran, dan fungsi yang berbeda-beda.
Fungsi vakuola berhubungan dengan fungsi lisosom.
Pada sel tanaman, vakuola pusat berfungsi sebagai tempat penyimpanan, berperan dalam pertumbuhan sel dan berfungsi sebagai lisosom besar. Pada protista, vakuola kontraktil berfungsi sebagai pengatur air.

KLOROPLAST
Fungsi: Mengubah energi matahari menjadi energi kimia. Fungsi ini sangat penting dalam kehidupan kita. Organel kloroplast dijumpai pada umumnya sel tanaman dan beberapa protista dan merupakan organel yang dibatasi oleh membran ganda.
Kloroplast terdiri atas tiga bagian utama yaitu:
F Ruangan sempit antar membran protoplast.
F Bagian dalam membran dalam yang mengandung cairan tebal disebut STROMA.
F Dan jaringan tabung dan lubang kaset yang membentuk membrane.
Kaset-kaset bertumpuk-tumpuk dan masingmasing tumpukannya disebut GRANUM, jamaknya GRANA. GRANA adalah tempat di mana klorofil menangkap energi matahari.
Ruangan di dalam membran tabung dan disket adalah bagian ketiganya. Masing-masing kloroplast memainkan peranan khusus untuk memindahkan energi matahari menjadi energi kimia.

SITOSKELETON
Sitoskeleton adalah kerangka internal sel, yang merupakan kumpulans erabut atau filamen globular, serabut protein. Sitoskeleton terdiri atas:
1. Mikrofilamen (struktur mirip “rod” yang berupa protein globular)
2. Filamen intermediate (protein serabut)
3. Mikrotubul (tabung berlubang terdiri atas protein globular)
FLAGELA DAN CILIA
Cilia (tunggalnya cilium) dan flagella (tunggalnya flagellum) adalah alat atau mesin pergerakan sel, yang muncul dari suatu sel tertentu. Cilia dalam satu sel jumlahnya biasanya banyak, ukurannya pendek.
Flagella biasanya tunggal atau sedikit jumlahnya dan ukuran biasanya panjang. Baik cilia atau flagela tersusun atas bagian tengah atau pusat mikrotubul dobel dikelilingi oleh 9 mikrotubul dobel. Oleh karena itu susunan cilia atau flagella sering disebut struktur atau pola 9±2 disebut struktur axoneme. Mikrotubul pada cilia dan flagela bertindak sebagai pendukung sekaligus alat pergerakan ketika organel cilia atau flagella bergetar. Pergerakan organel itu disebabkan karena mikrotubul penyusunnya berlekuk.

DINDING SEL
Dinding sel bersifat permeabel, berfungsi sebagai pelindung dan pemberi bentuk tubuh. Sel-sel yang mempunyai dinding sel antara lain: bakteri, cendawan, ganggang (protista), dan tumbuhan. Kelompok makhluk hidup tersebut mempunyai sel dengan bentuk yang jelas dan kaku (rigid). Pada protozoa (protista) dan hewan tidak mempunyai dinding sel, sehingga bentuk selnya kurang jelas dan fleksibel, tidak kaku. Pada bagian tertentu dari dinding sel tidak ikut mengalami penebalan dan memiliki plasmodesmata (Gambar 2.3), disebut noktah (titik).
MITOKONDRIA
Mitokondria, yang berbentuk filamen dengan lebar 0.5-1 μm dan panjang 10 μm, merupakan organel yang berfungsi mengubah energi kimiawi metabolit yang terdapat dalam sitoplasma menjadi energi yang mudah dimanfaatkan oleh sel yaitu ATP. Mitokondria memiliki membran rangkap, membran luar dan membrane dalam. Di antara kedua membran tersebut terdapat ruang antar membran. Membran dalam berlekuk-lekuk disebut krista yang berfungsi untuk memperluas bidang permukaan agar proses penyerapan oksigen dan pembentukan energi lebih efektif. Ruang antarkrista disebut matriks. Krista mengandung protein yang berfungsi pada proses transpor elektron pada pencernaan makanan. Sedangkan matriks terdiri dari campuran pekat ratusan enzim yang berbeda yang penting untuk mempersiapkan molekul nutrien untuk pengambilan akhir energi yang dapat digunakan oleh protein di krista.
Pada bagian membran dalam terdapat enzim ATP sintase yang berfungsi sebagai tempat sintesis ATP. Fungsi mitokondria ini adalah tempat respirasi aerob.

RIBOSOM
Ribosom merupakan salah satu bagian penting dalam tubuh makhluk hidup karena dapat mengendalikan cara kerja tubuh tumbuh-tumbuhan, hewan, maupun manusia. Kata ribosom didapat dari penggabungan kata yaitu ribonucleic acid dan kosakata Yunani, soma, yang artinya tubuh. Ribosom merupakan organel terkecil dalam sel yang berbentuk bulat padat dengan diameter sekitar 20 sampai 25 nm. Ribosom tersuspensi dalam sitosol atau terikat pada retikulum endoplasma kasar, atau pada membran inti sel.
Struktur Ribosom
Susunan ribosom merupakan susunan yang rumit antara RNA ribosom (rRNA) dan protein ribosom (disebut Ribonukleoprotein atau RNP). Perbandingan keduanya yaitu 65% rRNA dan 35% RNP. Pembagian ribosom berdasarkan subunit besar dan subunit kecil. Subunit kecil mengikat mRNA (messeger RNA), sedangkan yang besar mengikat tRNA (transport RNA).
Fungsi ribosom
Ribosom memiliki fungsi untuk mensintesis protein. Sel yang memiliki laju sintesis protein yang tinggi secara khusus memiliki jumlah ribosom yang sangat banyak. Misal, sel hati manusia memiliki beberapa juta ribosom. Tidak mengejutkan jika sel yang aktif dalam mensintesis protein juga memiliki nukleus yang terlihat jelas.
Pada saat sintesis protein ribosom mengelompok menjadi poliribosom (polisom). Sebagian besar protein dibuat oleh ribosom bebas akan berfungsi di dalam sitosol. Sedang ribosom terikat umumnya membuat protein yang dimasukkan ke dalam membran, untuk pembungkusan dalam organel tertentu seperti lisosom atau dikirim ke luar sel.
Proses pembentukan protein
Ada tiga tahap proses pembentukan protein, antara lain replikasi DNA, transkrpsi dan translasi.
 Replikasi DNA
Replikasi adalah pencetakan dan penggandaan DNA dengan membelah dan membentuk sel yang baru yang urutan A-C-G-T nya sama.
 Transkripsi
Transkripsi adalah proses penggandaan DNA menjadi RNA. Pada produksi awal protein, informasi pada gen digandakan satu per satu (basa per basa) dari sebuah rantai DNA menjadi rantai RNA pembawa pesan (mRNA). Pada tahap transkripsi basa timin pada DNA digantikan oleh urasil pada RNA namun keduanya sama- sama berpasangan dengan adenine. Transkripsi adalah penyalinan informasi dari gen ke dalam molekul RNA, yang dalam pelaksanaannya adalah berupa penyusunan basa-basa pada rantai RNA dengan menggunakan runtunan basa DNA gen sebagai modelnya.
 Translasi
Pada tahap ini mRNA hasil transkripsi dibaca oleh ribosom dan diproses lebih lanjut oleh ribosom. Terdapat tiga unsur yang terlibat dalam proses translasi yaitu adalah mRNA, tRNA, dan rRNA. Ribosom berperan sebagai tempat pertemuan mRNA dengan tRNA serta penterjemahan kodon serta reaksi perangkaian asam-amino. Ribosom akan membaca urutan basa RNA dan menterjemahkan (translate) menjadi urutan asam amino tertentu sesuai dengan resep yang dibawa mRNA. Di sinilah asam-asam amino itu dirakit sesuai urutan yang diresepkan gen (DNA) dan kemudian melipat membentuk struktur tiga dimensi yang fungsional.

MEMBRANA PLASMA
Permukaan sel berfungsi untuk menjalankan tugas perlindungan, dukungan fisik dan komunikasi atau hubungan dengan sel-sel lainnya. Membran plasma sel adalah bagian permukaan sel.
Untuk fungsi tersebut, banyak struktur lain selain plasma membran yang membantu menjalankan tugas-tugas di atas. Karena sebagian besar prokariot adalah organisme sel tunggal, permukaannya mereka ditutupi atau dikelilingai oleh nonseluler. Sebaliknya eukariot umumnya terdiri atas beberapa beberapa sel yang bergabung dan berfungsi sebagai organisme tunggal.
Pada tanaman dinding sel yang kaku tidak hanya melindungi sel tetapi juga membantu sebagai kerangka pendukung yang menjaga tanaman tetap tegak di atas tanah. Koordinasi antar sel dilakukan melalui struktur yang menghubungkan sel disebut sel junction.
Tipe sel junction: PLASMODESMATA (pada tanaman), tight junction, anchoring junction, communication junction (umumnya dijumpai pada embrio hewan).
Empat kategori fungsi organel pada sel eukariotik:
1.    Fungsi pembentukan yaitu fungsi pembentukan makromolekul dan mentransportnya atau membawanya dalam sel itu sendiri.
2.    Fungsi pemecahan, yaitu fungsi pembuangan dan daur ulang materi-materi dalam sel.
3.    Fungsi pemrosesan, yaitu perubahan energi dari satu bentuk ke bentuk lainnya.
4.    Fungsi penyangga, pergerakan, dan komunikasi, yaitu fungsi menjaga hubungan sel dengan lingkungan luar sel atau ekstra seluler.

Diagnosa Penyakit Dengan Mempelajari Feses


Di lapangan atau peternakan yang tidak memiliki tenaga medis (dokter hewan atau paramedis veteriner) sering mengalami kesulitan dalam penanganan sebuah kasus, akibatnya penyakit tersebut tidak mampu ditangani secara tuntas sehingga kejadiannya berulang dan akhirnya menyebabkan kerugian ekonomi yang terus-menerus. Untuk mengatasi sebuah penyakit, tentunya harus diketahui terlebih dahulu penyebab penyakit tersebut dengan cara diagnosa penyakit. Walaupun yang berwenang dan memiliki kemampuan mendiagnosa penyakit secara benar hanya dokter hewan, pemilik peternakan atau yang berhubungan dengan dunia peternakan tetap harus mengetahui beberapa teknik diagnosa sederhana untuk mengetahui penyebab penyakit, sehingga mampu menentukan langkah terapis sementara yang harus dilakukan sebelum datang dokter hewan. Langkah pengobatan yang dilakukan tersebut tentunya hanya sebatas pengobatan simptomatis atau pengobatan berdasarkan gejala klinis yang nampak pada saat pemeriksaan.
Salah satu gejala klinis yang nampak pada ternak yang menderita suatu penyakit adalah mencret atau diare. Pada dasarnya mencret atau diare adalah sebuah gejala klinis yang menunjukkan adanya perubahan fisiologis atau patologis di dalam tubuh terutama saluran pencernaan. Gejala yang bisa kita perhatikan dari mencret meliputi perubahan konsistensi (keras atau tidaknya) feses, warna feses, bau feses, dan keberadaan benda atau bahan yang terbawa di dalam feses pada waktu feses keluar.
Berdasarkan konsitensinya kita mengenal kelainan feses berupa feses yang keras sekali sehingga menyebabkan konstipasi atau kesulitan buang kotoran. Ada juga feses yang lembek bahkan sampai cair sekali seperti lumpur. Kemudian berdasarkan warnanya ada feses yang berwarna hijau, merah, dan hitam seperti ter. Selanjutnya jika dilihat dari baunya ada feses yang berbau amis normal, bau pakan (seperti bau rumput), bau asam, dan bau busuk. Terakhir kita juga sering melihat ada benda atau bahan tertentu seperti lendir, luruhan sel mukosa usus, segmen cacing pita, gumpalan darah segar, dan terkadang ada cacing kremi yang terbawa di dalam feses. Tanda-tanda tersebut di atas dapat dijadikan dasar untuk menentukan penyebab penyakit. Dengan mengetahui penyebab penyakit kita akan mengetahui langkah pengobatan yang tepat, sehingga penyakit tersebut dapat ditangani secara tuntas.
Teknis diagnosa penyakit berdasarkan mencret yang dimaksud pada tulisan ini dilakukan dengan cara menggabungkan gejala-gejala yang terjadi pada feses seperti penjelasan di atas. Feses yang lembek sampai cair tanpa disertai perubahan lainnya menunjukkan ada perubahan fisiologis di dalam saluran pencernaan. Perubahan fisiologis tersebut disebabkan oleh adanya perubahan lingkungan ternak, meliputi perubahan pakan, perpindahan ternak, perubahan cuaca, dan pergantian pemelihara. Karena kejadian tersebut hanya merupakan perubahan fisiologis, maka pengobatan terhadap mencret seperti itu hanya dengan memberikan obat-obatan untuk menghentikan mencret (obat anti mencret). Sedangkan feses dengan konsistensi yang keras dapat diobati dengan memberikan pencahar atau obat untuk mempermudah buang kotoran.
Feses yang berwarna hijau seperti bubur rumput menunjukkan bahwa di dalam saluran pencernaan tersebut hanya terjadi perubahan fisiologis sehingga hanya diobati dengan obat anti mencret. Sedangkan feses yang berwarna merah dan hitam menunjukkan telah terjadi infeksi di dalam tubuh. Infeksi yang terjadi di dalam tubuh biasanya disebabkan oleh bakteri, protozoa, parasit darah atau sesekali disebabkan oleh virus. Dengan demikian pengobatan yang diberikan berupa antibiotika untuk membunuh bakteri dan multivitamin untuk meningkatkan ketahanan tubuh sehingga tubuh mampu melawan infeksi virus yang menyerangnya. Jika disertai adanya lendir yang berbau amis ada kemungkinan disebabkan oleh protozoa dan parasit darah sehingga harus diberikan antibiotika dari golongan sulfa.
Adanya feses yang encer disertai bau amis dan bau hijauan diobati dengan obat anti mencret karena hanya terjadi perubahan fisiologis di dalam saluran pencernaan. Sedangkan feses yang berbau busuk biasanya menunjukkan telah terjadi infeksi oleh bakteri, protozoa atau parasit darah, sehingga diobati dengan antibiotika golongan sulfa. Selanjutnya apabila feses yang dikelurkan berbau asam ada kemungkinan telah terjadi asidosis. Pengobatan yang diberikan bisa berupa obat-obatan pencahar ringan untuk mengeluarkan asam dan obat-obatan untuk mengurangi kembung, karena biasanya apabila terjadi asidosis akan disertai dengan kembung perut (tympani).
Lendir yang terbawa di dalam feses disertai bau amis menunjukkan telah terjadi infeksi oleh protozoa. Sedangkan gumpalan darah yang ikut terbawa oleh feses menandakan adanya infeksi oleh bakteri, parasit darah atau virus. Tetapi apabila lendir yang terbawa berupa luruhan sel mukosa lambung atau usus dapat diartikan bahwa pakan hijauan yang diberikan terlalu kasar atau serat kasarnya terlalu tinggi sehingga mengiritasi mukosa lambung atau usus. Untuk yang disebabkan oleh serat kasar yang terlalu tinggi harus ditangani dengan cara memberikan hijauan yang lebih muda atau campuran antara hijauan yang tua dengan yang lebih muda. Dengan kata lain dapat dicegah dengan perbaikan manajemen pemberian pakan. Kemudian jika yang terbawa berupa segmen cacing pita atau cacing dewasa dari cacing kremi, maka diobati dengan pemberian obat cacing dan multivitamin bagi ternak yang menunjukkan gejala sakit, sedangkan untuk ternak yang lainnya diberikan pengobatan cacing secara rutin dan teratur.
Hal yang lebih penting dari penjelasan tentang pengobatan berbagai penyebab mencret di atas adalah penanganan mencret itu sendiri yang menyebabkan tubuh kehilangan cairan terutama air, bikarbonat, sodium, dan potassium. Penanganan bagi ternak yang terkena mencret dengan cara penggantian cairan tubuh yang hilang, yaitu dengan memberikan cairan elektrolit secara intra vena atau sub cutan sampai normal kembali.
Demikian salah satu teknik diagnosa dan penanganan penyakit secara sederhana yang dapat kita peroleh dengan mempelajari kotoran yang dikeluarkan dari lubang yang kotor, namun mudah-mudahan dapat menjadi ilmu yang bermanfaat.